Bisnis.com, MAKASSAR - Pemerintah pusat diminta untuk segera mengambil alih pengelolaan aspal di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, untuk lebih mengoptimalkan produksi aspal berkualitas tinggi tersebut.
Ketua Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI) Zulkarnaen Arief mengatakan pengelolaan aspal Buton itu tidak seharusnya dilakukan oleh BUMN yang bukan memiliki fokus bisnis eksplorasi komoditas aspal karena dikhawatirkan tidak optimal.
"Pemerintah harus segera mengambil langkah, aspal Buton harus dikelola oleh BUMN yang fokus pada segmen industri aspal. Sayang sekali jika tidak ada optimalisasi," katanya, Jumat (2/9/2016).
Menurutnya, pengelolaan secara tepat aspal Buton yang disebut mengandung 80% cadangan aspal dunia itu bakal lebih mendongrak produksi aspal nasional sehingga berimbas pada peningkatan kualitas proyek infrastruktur di Tanah Air.
Sejauh ini, lanjut Zulkarnaen, eksplorasi aspal Buton yang ditangani oleh PT Pertamina hanya mampu berproduksi di kisaran 400.000 ton atau masih di bawah kebutuhan nasional yang mencapai 1,6 juta ton per tahun dan bahkan sangat jauh dibandingkan dengan potensi yang terkandung di Buton tersebut.
"Hitungan kasarnya begini, kalau pun produksinya mencapai 2 juta ton per tahun, cadangan aspal Buton itu tidak akan habis hingga 300 tahun ke depan. Jadi bisa dibayangkan potensinya, sayang sekali jika tidak dikelola optimal. Solusinya, pemerintah harus mengambil alih, mesti ada langkah dari presiden," katanya.
Sekedar diketahui, sejak pertama kali ditemukan pada 1924 oleh seorang geolog asal Belanda, WH Hetzel, aspal batu buton atau yang dikenal dengan nama asbuton ini telah beberapa kali mengalami pasang surut seiring dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi.
Asbuton yang sebelumnya sempat diolah oleh PT Perusahaan Aspal Negara mengalami masa keemasan pada era 1970 hingga 1980. Produksinya bahkan pernah mencapai 500.000 ton per tahun.
Sayangnya itu hanya cerita lama. Aspal yang sebetulnya dapat dengan mudah dieksplorasi dan menjadi sumber penghasilan utama Buton, kini hanya teronggok tak berdaya dan terkubur di perut bumi.
Padahal, aspal yang berada di kawasan Lawale, Buton, ini dapat dengan mudah diraup karena berbentuk tumpukan yang menggunung, melingkupi areal seluas 43 hektare bahkan ketika digali hingga kedalaman 1.000 meter pun aspal masih ada.