Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASOKAN GARAM: Gapmmi Mulai Ingatkan Pengaruh Cuaca

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia meminta Pemerintah untuk mengantisipasi cuaca buruk yang bisa menyebabkan kendala bahan baku dan bahan penolong domestik bagi produksi industri olahan nasional.
Petani membersihkan garamnya usai panen di Palu, Sulawesi Tengah./.Antara-Basri Marzuki
Petani membersihkan garamnya usai panen di Palu, Sulawesi Tengah./.Antara-Basri Marzuki

Bisnis.com, JAKARTA—Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia meminta Pemerintah untuk mengantisipasi cuaca buruk yang bisa menyebabkan kendala bahan baku dan bahan penolong domestik bagi produksi industri olahan nasional.

Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan pihaknya telah menerima informasi bahwa produksi bahan penolong seperti garam baru akan dimulai, meskipun sangat sedikit sekali.

Adapun, pelaku usaha produksi garam nasional tahun ini diprediksi akan mengalami penurunan dibandingkan pada tahun lalu yang diakibatkan karena cuaca buruk. Target produksi garam nasional  pada tahun ini dipatok 3 juta ton dengan target luas lahan produksi 24.000 hektar.

"Masalah utama garam Indonesia tergantung cuaca. Beda dengan Australia yang punya rock salt. Biasanyammi di sini akhir Juli ini sudah produksi. Bahkan di Jabar (Jawa Barat)  parah, belum bisa mulai produksi," kata Adhi melalui keterangan tertulis, Jumat (2/8/2016).

Dia pun menyarankan pemerintah harus melakukan pembenahan di hulu, seperti memperbaiki teknolog untuk meningkatkan produktivitas dan tetap mengusahakan perluasan luas lahan.

"Pembenahan di hulu harus tetap dilakukan. Terutama berkaitan dengan luas lahan, teknologi produktivitas, peningkatan mutu. Sehingga pada saat cuaca bagus, bisa stok," ungkap Adhi.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah seharusnya tidak alergi untuk melakukan impor garam, khususnya untuk industri karena akan memberikan nilai tambah melalui produksi produk hilir seperti makanan, minuman dan lainnya. Menurutnya, impor garam untuk industri tidak akan mengganggu produksi garam nasional.

Selain itu, menurutnya, Indonesia bisa mencontoh negara maju dan besar yang lebih memikirkan nilai tambah dalam negeri.

"Negara besar dan maju, tidak lagi memikirkan impor atau tidak. Tapi lebih memikirkan adanya nilai tambah dalam negeri dan suplly ke global market," ungkap Adhi.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper