Bisnis.com, JAKARTA – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) akan mengusulkan kepada pemerintah untuk mengenakan cukai pada sepeda motor dan bahan bakar minyak (BBM).
Ketua Harian YLKI Tulus Abadi menilai Indonesia termasuk negara dengan sistem cukai paling konservatif di dunia. Pasalnya, baru tiga komoditas saja yang dibebankan cukai yakni alkohol, etil-alkohol, dan tembakau.
Secara filosofi, menurut Tulus, cukai merupakan ‘pajak dosa’ yang dipungut atas komoditas-komoditas yang konsumsinya perlu dikendalikan. Dengan demikian, efek negatif dari beberapa produk tersebut di tengah masyarakat dapat diperkecil.
“Di Thailand sepeda motor kena cukai. Di Eropa prostitusi juga kena cukai. Kami juga nanti akan usulkan agar sepeda motor dan BBM dikenakan cukai dalam konteks pengendalian,” ujarnya dalam acara diskusi Harga Rokok Naik untuk Siapa di Jakarta, Sabtu (27/8/2016).
Kendati sudah dikenakan cukai, Tulus berpendapat belum ada langkah ketat yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan peredaran rokok. Kontras dengan miras yang dikontrol secara rapi melalui regulasi di tingkat pusat sampai daerah.
“Peredaran rokok malah seperti beras dan sembako. Ini jelas inkonsistensi dan pelanggaran berat dalam filosofi cukai,” ucapnya.
Selain pengendalian, Tulus mengatakan YLKI mendukung rencana penaikan cukai rokok. Selama 10 tahun ini cukai rokok terus naik, tetapi produksi masih meningkat.
“Wacana kenaikan cukai berapa pun besaran persennya itu sama sekali tidak membebani konsumen karena tidak terkait daya beli.”
Namun, Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mukhamad Misbakhun meminta rencana penaikan cukai rokok perlu kajian matang dan hati-hati. Pasalnya, rokok tidak melulu faktor kesehatan melainkan terkait perputaran roda ekonomi.
Saat ini, tambah Misbakhun, setidaknya ada 6 juta manusia yang terlibat dalam mata rantai rokok dari petani, pedagang perantara, industri, hingga distribusi. Sementara bagi negara cukai rokok menyumbangkan Rp140 triliun per tahun.
“Saya bukan perokok. Seumur hidup belum ada satu batang rokok pun yang saya hisap. Tapi karena ini terkait sirkulasi ekonomi anak bangsa, tolong diperhatikan,” kata politikus Partai Golkar ini.