Bisnis.com JAKARTA – PT Sateri Viscose Internasional yang bakal memproduksi serat rayon sebesar 350.000 ton bakal ditargetkan selesai pada 2018. Pembangunan ini bakal berorientasi ekspor hingga 75% produknya.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan pembangunan PT Saveri Viscose Internasional (PT SVI), anak usaha PT Riau Andalan Pulp and Paper bakal mendukung pertumbuhan industri tekstil karena menambah produksi nasional menjadi 950.000 ton.
“PT SVI [beroperasi] secara terintegrasi, yaitu dari hutan tanaman industri [HTI], kemudian diolah menjadi dissolving pulp kemudian jadi rayon. Ini bagus sekali. Jadi nanti di samping akan memperkuat sturktur industri tekstil, juga bisa ekspor,” ujarnya, Kamis (25/8).
Saat ini kapasitas produksi rayon nasional mencapai 600.000, tapi bahan bakunya berupa benang stapel atau staple fiber yang saat ini masih diimpor dari India. Adapun kapasitas pabrik mencapai 350.000 ton rayon dengan kebutuhan dalam negeri mencapai 450.000 ton.
Benang stapel yang diimpor kebanyakanmenggunakan serat panjang dari kayu eukaliptus, tapi pabrik rayon kali ini akan menggunakan bahan baku kayu akasia yang tumbuh subur di lahan gambut Tanah Air. Nantinya, serat rayon yang diproduksi mayoritas bakal diekspor ke China.
Di samping rayon, pabrik juga bakal memproduksi high grade digital paper dengan kapasitas 250.000 ton. Adapun target ekspornya mencapai 60%.
Nilai investasi yang dikeluarkan perusahaan untuk membangun kedua fasilitas produksi mencapai Rp15 triliun atau US$1,13 miliar.
“Ada penambahan tenaga kerja sekitar 4.230 orang pada tahap kontruksi dan 1.218 orang pada tahap operasi pabrik,” paparnya.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan permintaan rayon cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan oleh beberapa lini bisnis, seperti pakaian jadi dan alat medis, seperti masker, baju bedah, dan benang jahit medis.
“Cukup menjanjikan apalagi serat rayon jadi alternatif selain katun dan polyester karena rayon yang paling eksklusif dari segi sifat dan karakter. Harganya mahal. Perbandingannya dengan sutra,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com.
Menurutnya, dibanding pabrik produsen polyester, pabrik yang memproduksi serat rayon lebih ramah lingkungan karena menggunakan bahan alam seperti kayu.
Saat ini rayon sudah dikembangkan dalam puluhan tipe dan paling banyak dipakai untuk memproduksi pakaian dalam karena bahannya halus.