Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia melaporkan utang luar negeri Indonesia pada kuartal II/2016 tercatat US$323,8 miliar atau tumbuh 6,2% (year-on-year).
Perkembangan tersebut mencatatkan rasio utang luar negeri kuartal II/2016 sebesar 36,8% dari produk domestik bruto, sedikit meningkat dari kuartal I/2016 sebesar 36,6%.
Utang luar negeri jangka panjang tumbuh 7,7% (yoy) mencapai US$282,3 miliar atau 87,2% dari total utang luar negeri. Sementara, utang jangka pendek justru mengalami penurunan 3,1% (yoy) menjadi US$41,5%. Dengan begitu, rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa tercatat sebesar 37,8% pada kuartal II/2016.
Bank sentral juga mencatatkan posisi utang luar negeri sektor publik mengalami peningkatan sebesar 17,9% (yoy) menjadi US$158,7 miliar, sedangkan utang sektor swasta mengalami penurunan 3,1% (yoy) menjadi US$165,1 miliar.
“Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada akhir triwulan II 2016 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih,” tulis rilis BI, Senin (22/8).
Pangsa sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas, dan air bersih, mencapai 75,9% dari keseluruhan utang sektor swasta.
Pertumbuhan tahunan utang luar negeri secara keseluruhan di sektor listrik, gas, dan air mengalami peningkatan dibandingkan kuartal I/2016 yang hanya tercatat US$23,3 miliar, sedangkan hingga Juni 2016 naik menjadi US$23,74 miliar
Sementara itu, pertumbuhan tahunan utang luar negeri sektor industri pengolahan tercatat melambat dibandingkan kuartal I/2016. Pada akhir kuartal II/2016, utang di sektor industri pengolahan sebesar US$34,31 miliar, sedangkan pada Maret 2016 tercatat US$34,01 miliar.
“Sementara itu, pertumbuhan tahunan ULN sektor pertambangan dan sektor keuangan mengalami kontraksi yang lebih dalam,” tulis BI.