Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RNI Gandeng Waskita Bangun Proyek Perkantoran Rp650 M di Jaktim

PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI menggandeng PT Waskita Karya (Persero) Tbk. membangun gedung perkantoran senilai Rp650 miliar di Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur.
Pembangunan properti residensial dan perkantoran di Jakarta Pusat/Ilustrasi-Reuters-Darren Whiteside
Pembangunan properti residensial dan perkantoran di Jakarta Pusat/Ilustrasi-Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, MANADO - PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI menggandeng PT Waskita Karya (Persero) Tbk. membangun gedung perkantoran senilai Rp650 miliar di Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur.

Direktur Utama RNI Didik Prasetyo mengatakan gedung setinggi 17 lantai itu akan didirikan di atas lahan milik RNI seluas 7.000 m2 yang selama ini tidak dipakai (idle). Perseroan, tutur dia, sudah menandatangani kontrak dengan Waskita (WSKT). Keduanya membentuk perusahaan patungan (joint venture).

"Yang (proyek perkantoran) MT Haryono itu sudah bisa ground breaking tahun ini," katanya, Kamis (18/8/2016).

Dengan penyertaan modal berupa tanah, RNI nantinya berhak memiliki empat lantai perkantoran. BUMN itu juga akan menikmati 45% keuntungan dari penjualan 13 lantai di atasnya. Kontrak dengan WSKT itu berlaku selama 4 tahun.

RNI dan WSKT, sambung Didik, tengah menunggu surat dari Menteri BUMN Rini Soemarno untuk memperoleh izin mengoptimalisasi aset BUMN. Jika restu itu diperoleh, pembangunan fisik langsung dimulai. Konstruksi diperkirakan menelan 18 bulan.

Didik menjelaskan proyek perkantoran di Jalan MT Haryono merupakan bagian dari upaya perseroan melebarkan sayap bisnis ke sektor properti. Unit bisnis itu akan menjadi pilar keempat setelah agroindustri, farmasi dan alat kesehatan, serta perdagangan.

Selain sebagai bentuk diversifikasi usaha, perambahan ke bisnis properti juga untuk memanfaatkan aset RNI di beberapa tempat yang selama ini idle. Ketimbang tidak terpakai dan menimbulkan biaya, RNI memanfaatkan aset itu untuk proyek komersial sehingga mendatangkan pendapatan.

"Selama ini kami keluarkan uang untuk bayar PBB (pajak bumi dan bangunan). Itu kan cost," ungkapnya.

Selain tanah di Jl MT Haryono, RNI akan memanfaatkan lahan seluas 5,6 hektare yang juga idle di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Di lokasi itu, RNI --bekerja sama dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk -- akan membangun kompleks perkantoran, apartemen, dan mal (mixed-use).

Didik mengatakan nota kesepahaman dengan emiten berkode saham ADHI itu sudah diteken. Kajian dijadwalkan selesai 2017. Sama seperti proyek di MT Haryono, RNI hanya akan urun tanah dalam proyek di Pancoran. Namun, keduanya sejauh ini belum membicarakan kompensasi yang diperoleh masing-masing.

Dia yakin proyek mixed-use itu akan sangat diminati mengingat stasiun kereta api ringan (light rail transit) akan dibangun di depan kompleks tersebut.

"Kalau di depan tanah kami diijadikan stasiun LRT, itu bisa langsung disambungkan dengan perkantoran kami nanti. Tanah kami bisa dipakai untuk parkir orang-orang yang naik LRT dari situ atau orang-orang kantor. Dari stasiun, bisa dibangun semacam jembatan layang ke kompleks kami," ujarnya.

Di luar Jakarta, RNI akan memanfaatkan lahan idle eks-Pabrik Gula Gempol milik PT PG Rajawali II --anak perusahaan RNI-- di Cirebon seluas 25 ha. Menggandeng PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA), tanah itu akan disulap menjadi proyek properti.

"WIKA sudah nengok ke sana. Kami sedang kaji highest and best use-nya. Mau hotel, mau mal. Kalau mal kan deket sama Grage Mall. Mungkin yang paling potensial hotel atau malah rumah sakit," ujar Didik.

Di Surabaya, RNI juga akan mengoptimalkan lahan nganggur milik PT PG Rajawali I seluas hampir 2 ha di Jalan Undaan. Perusahaan sedang mempertimbangkan membangun apartemen, mal, atau perkantoran, pada 2017 atau 2018.

Didik menyampaikan unit bisnis properti diharapkan mampu mengompensasi lini bisnis agroindustri yang kinerjanya fluktuatif, bahkan diperkirakan menurun tahun ini.

Dia berharap keempat pilar bisnis RNI nantinya mampu menyumbang masing-masing 25% terhadap keuangan konsolidasi. Tahun lalu, bisnis industri gula yang masuk ke dalam unit agroindustri menyumbang paling besar, yakni 35% terhadap laba konsolidasi Rp69 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper