Bisnis.com, JAKARTA – Holding BUMN sektor pangan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI)/ID Food akan menggabungkan dua anak usahanya yang bergerak di bidang manufaktur sebagai bagian dari program penyehatan perusahaan. Kedua perusahaan itu yakni PT Rajawali Tanjungsari Enjiniring (RTE) dan PT Rajawali Citramass (RCM).
Direktur Keuangan dan Strategi ID Food Susana Indah Kris Indriati mengatakan, kondisi keuangan dua anak usaha yang bergerak di bisnis karung plastik itu kurang bagus. Namun melihat potensi bisnis yang sangat besar ke depannya, ID Food akan melakukan merger terhadap kedua anak usahanya itu.
“Kami ada 2 PT yang kondisi keuangan kurang bagus, tetapi potensi bisnis ke depannya sangat besar dan market bisa kita dapat lebih besar,” kata Indah dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (24/3/2025).
Indah menyebut, proses merger kedua perseroan tengah berlangsung. Selama ini, kata dia, bisnis karung plastik yang dihasilkan PT RTE dan PT RCM tidak hanya digunakan di internal perusahaan saja, tetapi juga digunakan oleh Perum Bulog dan PT Pupuk Indonesia.
“Kita akan gabungkan dua PT ini menjadi satu perusahaan. Harapannya, mempunyai bargaining position yang akan lebih besar lagi ke depan,” ujarnya.
Adapun, ID Food tengah melakukan program penyehatan perusahaan terhadap beberapa anak perusahaan dengan kondisi keuangan yang memprihatinkan. Misalnya, Sang Hyang Seri (SHS), ID Food telah melakukan restrukturisasi yang telah disetujui oleh kreditur yakni BRI.
Baca Juga
“Sekarang sudah jalan termasuk juga divestasi asetnya yang rencananya memang untuk menurunkan hutangnya di BRI,” ungkapnya.
Kinerja Keuangan 2024
Dalam paparan yang disampaikan hari ini, Indah mengungkap bahwa aset yang berhasil dibukukan ID Food pada 2024 mencapai Rp32,3 triliun. Angka tersebut tumbuh 11% dibanding tahun sebelumnya sebanyak Rp29 triliun.
Peningkatan juga terjadi dari sisi liabilitas. ID Food mencatat, total liabilitas naik signifikan sebesar 21% menjadi Rp15,9 triliun di 2024, dari sebelumnya Rp13 triliun.
Dari sisi ekuitas, Indah menyebut bahwa ID Food sukses membukukan sebesar Rp16,4 triliun atau tumbuh 3% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp15 triliun.
“Dari sisi rugi laba, revenue yang berhasil kami bukukan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu 20% diangka Rp15,2 triliun menjadi Rp18,3 triliun di 2024,” tuturnya.
Pertumbuhan signifikan juga terjadi dari sisi EBITDA. Indah mengatakan EBITDA ID Food mengalami peningkatan sebesar 12% menjadi Rp631 miliar, dari sebelumnya Rp562 miliar.
Kendati begitu, Indah mengungkap bahwa nett income ID Food pada 2024 mengalami penurunan dibanding 2023.
“Di 2023 kita berhasil membukukan Rp234 miliar, tapi di 2024 ini unaudited, belum kita lalui proses auditednya, menjadi Rp92 miliar,” ungkapnya.
Indah menuturkan, menurunnya nett income ID Food disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) PT Rajawali Nusindo yang merupakan cash cow dari ID Food.
“Jadi salah satu perusahaan kami sedang proses PKPU dan ini tentu berimpact, karena semula Nusindo di tahun-tahun sebelumnya cash cow dari perusahaan holding group,” pungkasnya.