Bisnis.com, JAKARTA—Pengesahan Undang-Undang Pengampunan Pajak (tax amnesty) diperkirakan akan dimanfaatkan oleh pewaris para konglomerat untuk mendeklarasikan kekayaan baik di dalam maupun luar negeri.
Direktur PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee, justru memerkirakan konglomerat Indonesia tidak akan mengikuti program tax amnesty yang digalang pemerintah. Pasalnya, orang-orang superkaya itu telah memiliki status hukum yang lebih rapi.
Hans malah memprediksi program tax amnesty bakal diikuti oleh kalangan kelas menengah maupun generasi kedua para taipan. "Mereka itu punya uang warisan di luar negeri, kalau konglomerat itu biasanya berbentuk perusahaan di luar negeri," katanya kepada Bisnis.com, Minggu (14/8/2016).
Saat krisis ekonomi mendera Indonesia pada 1997-1998, sambungnya, banyak konglomerat menggunakan nama orang lain untuk mengakuisisi perusahaan. Akhirnya, banyak orang-orang baru menjelma menjadi taipan. Belakangan, setelah diselidiki, orang-orang kaya baru itu ternyata disokong oleh grup konglomerasi.
Meski begitu, Hans menyarankan agar pemilik modal turut dalam program tax amnesty. Sebab, akan ada keterbukaan informasi perbankan pada 2018 yang diratifikasi oleh negara-negara tax heaven, termasuk Panama dan Singapura.
Perusahaan-perusahaan milik konglomerat, kata dia, biasanya menggunakan special purpose vehicle (SPV) di tempat tax heaven seperti Panama dan British Virginia Island. Dia memerkirakan, perusahaan-perusahaan itulah yang akan melakukan deklarasi tax amnesty.
"Perkiraan saya di kelas menengah yang deklarasi. Kalau aset konglomerat mendadak naik, pasti akan menjadi sorotan. Akan ada peningkatan aset, tapi enggak signifikan," paparnya.
Sementara itu, kinerja emiten milik konglomerat bakal disoroti oleh pelaku pasar dari sisi tata kelola perusahaan (good corporate governance/GCG). Emiten yang bergerak di sektor consumer goods, diproyeksi bakal meraup keuntungan seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kenaikan kelas menengah.
Tidak hanya sektor consumer goods, emiten ritel dan properti, juga diperkirakan bakal moncer. Terlebih lagi, pemerintah terus menggenjot infrastruktur yang dipastikan bakal menguntungkan sektor properti.
Saat bersamaan, investor asing terus merangsek masuk ke lantai bursa dan mendorong Indeks harga saham gabungan (IHSG) meningkat. Hingga akhir pekan lalu, net buy asing mencapai Rp37,52 triliun dan IHSG meningkat 17,07% ke 5.377,20 year-to-date.
Hans memerkirakan, penguatan IHSG dipengaruhi oleh masuknya investor asing dan perbaikan kinerja emiten. Capital inflow terutama dipengaruhi oleh faktor eksternal yang membuat pemilik modal mengalihkan portofolio ke emerging market, termasuk Indonesia.
Keluarnya Inggris dari Uni Eropa (British Exit/Brexit), membuat risiko di Benua Biru itu meningkat. Brexit juga membuat Federal Reserve menunda peningkatan suku bunga Fed Fund Rate hingga akhir tahun dan bank sentral di dunia melonggarkan stimulus.
Faktor eksternal itu mendorong capital inflow kian deras. Namun, Hans menengarai masuknya dana asing ke lantai bursa terindikasi sebagai uang repatriasi dalam program tax amnesty.
Masuknya dana tax amnesty diperkirakan terjadi sebelum harga aset melambung. Nantinya, bakal banyak crossing saham di lantai bursa setelah terjadi deklarasi dana repatriasi.
Dia perkirakan, deklarasi tax amnesty bakal terus terjadi hingga akhir tahun. Pengusaha masih merapikan perusahaan dulu, sebelum menggelar deklarasi pengampunan pajak.