Bisnis.com, Jakarta— Indonesia terus menjalin kerja sama dengan negara berkembang atau yang kerap disebut Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST). Program kerja sama itu memungkinkan Indonesia untuk menerima bantuan dan memberi bantuan.
Nilai kontribusi Indonesia pada 2000-2013 pada program kerja sama itu mencapai US$56 juta dengan 700 program implementasi. Pada 2014, nilai kontribusi mencapaii US$1,18 juta dengan 26 kegiatan.
Ketua Tim Koordinaasi Nasional KSST R.M. Dewo Broto Joko mengatakan pada tahun ini nilai kontribusi Indonesia untuk memberi bantuan belum dapat dihitung secara total dalam APBN. Dia menyatakan nilai kontribusi meningkat pada tahun ini.
“Di knowledge exchange kita partner, dan berkontribusi US$1,5 juta di Bank Dunia sebagai donor. Itu terkait KSST, kita membantu melalui Bank Dunia,” ucapnya, di Gedung Bappenas, Jakarta, Jumat (12/8/2016).
Dalam perdagangan, Indonesia terus mendorong produk lokal untuk diekspor ke negara-negara berkembang. Potensi kerja sama perdagangan sangat besar seperti di Afrika yang mana rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai 7%.
Menurutnya, produk-produk asal Indonesia juga menjadi primadona di negara-negara berkembang di Asia dan Afrika karena harganya murah tapi memiliki kualitas tinggi. Dia menuturkan pemerintah siap memfasilitasi swasta yang akan melakukan kegiatan niaga ke negara-negara tersebut. Pemerintah siap melakukan perjanjian perdagangan dengan negara yang dituju.
“Kita kembangkan itu tergantung permintaan, demand refund. Kalau ada permintaan ada upayakan untuk penuhi. Angka bantuan ke negara tujuan juga masih bisa berubah,” katanya.