Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Industri Plastik Daur Ulang Melorot Kuartal II/2016

Industri Daur Ulang Plastik memprediksi ekspornya akan melorot pada kuartal II/2016 mengingat lemahnya ekonomi dunia dan turunnya harga bahan baku.n
Produk daur ulang plastik
Produk daur ulang plastik

Bisnis.com, JAKARTA – Pebisnis di sektor plastik daur ulang memprediksi ekspornya akan melorot pada kuartal II/2016 mengingat lemahnya ekonomi dunia dan turunnya harga bahan baku.

Ketua Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (Adupi) Christine Halim mengatakan bisnisnya pada kuartal II/2016 tengah kesulitan ekspor akibat perekonomian global yang tidak stabil.

“Ekspor ini lagi susah karena kondisi perekonomian global yang seperti ini. China juga sudah terlalu banyak memberli bahan dari luar negeri karena mereka sampahnya cukup banyak dengan jumlah penduduk yang tinggi,” katanya, Senin (18/7/2016).

Saat ini ekspornya untuk satu perusahaan kira-kira 1.000 ton per bulan. Menurut perkiraannya, ada sekitar enam sampai tujuh perusahaan mengekspor hampir 10.000 ton plastik daur ulang dengan harga Rp5.000 per kg. Adapun negara tujuan ekspor terbesar antara lain China, Eropa, dan Jepang.

Christine khawatir dengan diberlakukannya cukai plastik akan mendongkrak harga produknya sehingga tidak laku di pasar ekpsor.

Dia mengatakan pertumbuhan sektornya terganggu akibat pajak pertambahan nilai (PPN) sebanyak 10%. Pihaknya tengah meminta pemerintah untuk membebaskan sektornya dari PPN agar tidak menggencat pendapatan tenaga kerja khususnya pemulung.  

“Kami tidak punya gambaran nilai pasti. Sekarang cukai belum diberlakukan ekspornya sudah hancur-hancuran. Apalagi kalau sudah, harganya akan mengganggu ekspor. Apalagi daya beli masyarakat lemah,” jelasnya.

Turunnya harga bahan baku akan memengaruhi harga plastik daur ulang dan hal tersebut akan memberatkan pekerja pengumpul sampah plastik atau pemulung.  

Saat ini industri masih terkendala dengan proses pemilihan sampah plastik yang masih dilakukan secara manual, tidak seperti di luar negeri yang sudah mengelompokkan jenis sampah.

“Indonesia paling lemah dalam mensortir sampah. Kalau di Thailand dan SIngapura sudah dipilah-pilah jadi sudah mengurangi biaya. Sekarang sampah Indonesia semakin tidak menarik untuk diekspor karena terlalu mahal,” jelasnya.

Namun, dia cukup lega karena penyerapan dalam negeri juga cukup tinggi yang banyak dimanfaatkan untuk perabotan plastik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper