Bisnis.com, JAKARTA -Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dalam negeri pada 2017 pada level 5,2%-5,6%.
Gubernur BI Agus D.W Martowardojo pada paparannya di depan Komisi XI DPR mengatakan tahun depan pertumbuhan ekspor diprediksi membaik namun terbatas. Selain itu, prospek menguatnya permintaan konsumsi dan membaiknya investasi baik bangunan dan nonbangunan juga bakal mengerek naik pertumbuhan ekonomi.
Sementara, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan juga mengalami pemulihan pada level 3,3% atau lebih tinggi dari perkiraan 2016 yaitu 3,1%.
"Inflasi domestik akan terjaga, defisit transaksi berjalan juga sehat, dan keyakinan pada pertumbuhan ekonomi. Dengan disahkannya undang-undang pengampunan pajak, prospek makroekonomi semakin meningkat," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (14/7/2016).
Dia menuturkan rupiah juga semakin terapresiasi sejalan dengan aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri lebih tinggi. BI memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada dalam level Rp13.300-Rp13.600 pada 2017.
Namun, risiko tekanan rupiah masih ada dari sentimen kenaikan Fed Fubd Rate dan perkembangan ekonomi China sehingga berdampak pada volatilitas rupiah. "UU pengampunan pajak bakal meningkatkan suplai valas ke dalam negeri sehingga positif terhadap perkembangan rupiah," ucapnya.
Di sisi lain, inflasi pada tahun depan diharapkan masih cenderung rendah sama seperti tahun ini yang ditarget sebesar 4%, +-1%.
Sebelumnya, pemerintah memasang asumsi pertumbuhan menjadi 5,3%--5,9% pada 2017 karena meyakini tahun depan akan terjadi titik balik pertumbuhan lantaran telah melakukan berbagai deregulasi sepanjang tahun ini.