Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakar: Teknologi Reklamasi Belum Ketinggalan untuk Jakarta

Teknologi reklamasi yang diterapkan untuk Teluk Jakarta masih sangat layak dan cocok untuk dilanjutkan sebagaimana yang dilakukan di Belanda.
Area proyek reklamasi Pulau G di Jakarta/Antara-Muhammad Adimaja
Area proyek reklamasi Pulau G di Jakarta/Antara-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA--Teknologi reklamasi yang diterapkan untuk Teluk Jakarta masih sangat layak dan cocok untuk dilanjutkan sebagaimana yang dilakukan di Belanda.

Demikian dikemukakan oleh Pakar lingkungan hidup dari Universitas Indonesia (UI), Firdaus Ali menanggapi sejumlah kritikan yang menyebutkan teknologi itu sudah ketinggalan zaman. 

Sebelumnya Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda menyatakan bahwa rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melakukan reklamasi pulau dan membentuk Giant Sea Wall sebagai ide yang ketinggalan zaman.

Menurut Firdaus, pada tahun 1953, terjadi banjir hebat dan gelombang tinggi di Belanda, menewaskan sekitar seribu orang. Pemerinah Belanda kemudian membangun tanggul raksasa dan masalah banjir selesai sejak saat itu.

"Jika ada anak-anak muda Indonesia yang sedang belajar di Belanda, mereka merasa sudah tahu banyak, padahal sebenarnya mereka tahunya sedikit. Saya juga dulu seperti itu, maklum mahasiswa yang sedang sekolah di luar negeri," ujarnya dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (24/6/2016).

Firdaus mengatakan, kalau mereka menilai teknologi yang dipakai Belanda itu sudah kuno, karena masalah di sana sudah selesai 60 tahun lalu. 

"Teknologi yang ada saat ini adalah tanggul laut, tidak ada yang lain. Itu memang konsep kuno yang saat ini tetap dipakai dan belum ada teknologi baru menggantikan ini," katanya.

Firdaus juga mengatakan bahwa secara terminologi reklamasi dengan Giant Sea Wall dengan National Capital Integrated Costal Development (NCICD) adalah dua hal yang berbeda.

Reklamasi Teluk Jakarta, kata dia, untuk menguruk laut untuk menjadikan ruang daratan baru guna menambah daya tampung dan daya dukung daratan. Di kota-kota besar di dunia seperti Singapura, New York, dan sebagainya pantai-pantai dibuat reklamasi.

"Karena kebetulan Teluk Jakarta sudah tercemar maka proses reklamasi bisa membuat pantai menjadi bersih," katanya.

Sementara National Capital Integrated Costal Development (NCICD) yang dipakai Belanda karena permukaan tanah Jakarta terus menurun dan air laut naik 5-6 mili per tahun karena dampak pemanasan global.

"Jika tak diantisipasi, tinggi permukaan sungai akan berada di bawah air laut. Dan jika tak ada upaya masif, pada pada 2050 bibir pantai akan berada di Harmoni atau Semanggi, Jakarta," katanya.

Karena itu, solusi dari menurunkan muka air laut adalah di Teluk Jakarta dibangun bendungan air yang disebut Giant Sea Wall.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper