Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2016 lebih rendah dari proyeksi BI sebelumnya karena sejumlah indikator konsumsi yang masih melambat.
Sebelumnya, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal II/2016 bisa mencapai sedikit di atas 5%.
Juda Agung, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, menyebutkan produk domestik bruto pada kuartal II/2016 hanya menyentuh 4,9%-5%.
"Sisi indikator konsumsi seperti penjualan retil  perbaikan tapi belum terlalu kuat. Investasi swasta nonbangunan masih lemah tercermin dari impor. Transportasi untuk industri dan penjualan lahan utk industri masih lemah," katanya, di Jakarta, Kamis (16/6/2016).
Di sisi lain, BI menilai stabilitas makroekonomi dengan terjaga inflasi yang diperkirakan lebih rendah dari prediksi, terjaganya defisit transaksi berjalan, dan penguatan rupiah sehingga mendorong penurunan suku bunga acuansebesar 25 basis poin menjadi 6,5%.Â
Dari faktor eksternal, keputusan The Fed untuk menunda kenaikan suku bunga acuannya menjadi kesempatan bagi BI untuk memanfaatkan ruang pelonggaran.
Di sisi lain, kondisi global juga dipengaruhi Eropa yang dibayangi referendum Brexit, sedangkan Jepang juga masih lemah karena ekspornya turun dan deflasinya meningkat serta China masih tertekan.
"The Fed tadi malam memutuskan menunda Fed Fund Rate sehingga jadi kesempatan untuk memanfaatkan ruang pelonggaran," ucapnya.