Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luasan Perkebunan Teh Rakyat di Jabar Terus Menurun

Perkebunan teh rakyat di Jawa Barat mengalami penurunan areal lahan hingga 2.400 hektare (ha) dalam beberapa waktu terakhir akibat maraknya alih fungsi lahan.
Perkebunan teh/Bisnis Indonesia
Perkebunan teh/Bisnis Indonesia

Bisnis.com, BANDUNG - Perkebunan teh rakyat di Jawa Barat mengalami penurunan areal lahan hingga 2.400 hektare (ha) dalam beberapa waktu terakhir akibat maraknya alih fungsi lahan.

Direktur Eksekutif Yayasan Komoditi Lestari Iyus Supriyatna mengatakan, luas areal perkebunan teh rakyat di Jabar dari 56.000 ha pada 2004, saat ini hanya sekitar 52.600 ha. 

"Memang pemerintah telah melakukan Gerakan Penyelamatan Agribisnis Teh Nasional (GPATN) pada 2014/ 2015 melalui kegiatan rehabilitasi dan Intensifikasi teh seluas 6.000 ha. Program ini tidak dilanjutkan lagi," ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (6/6/2016).

Menurutnya,  seharusnya GPATN tersebut dilanjutkan dengan 5.000 ha per tahun, sehingga dalam 10 tahun ke depan akan terbentuk kembali kebun teh rakyat yang baik, lebih dari 56.000 ha.

Iyus memaparkan selama ini perkebunan teh rakyat cukup berkontribusi besar bagi pendapatan masyarakat.

 "Saat ini cukup menyejahterakan, apalagi pesanan ekspor terus meningkat yang secara otomatis mengerek lagi pendapatan bagi mereka," ujarnya.

Kendati demikian, permintaan ekspor tersebut perlu diimbangi dengan beberapa syarat salah satunya sertifikasi terhadap perkebunan.

Pihaknya sudah melakukan sertifikasi terhadap perkebunan teh di Jabar kepada Koperasi Mitra Harapan Kabupaten Cianjur Jabar, Koperasi Putera Mekar Kabupaten Garut Jabar, serta Koperasi Cikal Bakal KBB Jabar.

"Selama ini sertifikasi ini dilakukan atas dasar swadaya dari biaya NGO luar negeri terutama Belanda," ujarnya.

Dia menjelaskan, saat ini belum ada fasilitas biaya dari pemerintah untuk melakukan sertifikasi pada perkebunan rakyat. Padahal, sertifikasi ini sangat menguntungkan masyarakat.

"Kalau sudah tersertifikasi pemasaran akan lebih mudah, bahkan harga produk bisa lebih tinggi dibandingkan yang biasa," paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper