Bisnis.com, JAKARTA - Produk beremerek lokal, khususnya mi instan, masih mendominasi pasar produk konsumer di Indonesia.
Kantar Worldpanel melakukan penelitian tahunan mengenai perilaku berbelanja di 44 negara untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap merek produk konsumer yang diberi nama Brand Footprint.
Preferensi konsumen diukur dari penetrasi pasar yaitu berapa banyak rumah tangga yang membeli produk merek tertentu dan frekuensi pembelian yaitu seberapa sering produk merek tertentu di beli.
Survei Kantar menunjukkan produk bermerek lokal mendominasi pasar FMCG di mayoritas negara, termasuk Indonesia. Sebanyak 6 dari 10 merek yang paling sering dipilih konsumer adalah merek asli Indonesia.
Penelitian juga menggambarkan pasar di Indonesia masih dikuasai oleh beberapa merek. Hanya 2% dari merek yang dipasarkan di Tanah Air yang memiliki tingkat peneterasi pasar melebihi 90%.
“Merek-merek lokal pada umumnya memiliki kekuatan di kategori makanan dan minuman. Sebagian besar merek peringkat atas berasal dari sektor makanan,” kata Fabrice Carrasco, Managing Director Kantar Worldpanel untuk Vietnam, Indonesia, dan Filipina.
Produk mi instan, yaitu Indomie produksi PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan Mie Sedap produksi PT Sayap Mas Utama, memuncaki peringkat preferensi konsumen Indonesia.
Produk bermerek Indomie dibeli oleh 99,2% konsumen Indonesia di wilayah perkotaan dengan frekuensi pembelian 2 kali dalam sepekan. Merek Indomie juga menempati posisi ke-8 dalam peringkat merek global yang dipimpin Coca Cola dan menempati posisi ke-1 di Nigeria.
“Pasar yang luas adalah faktor pendukung kinerja merek Indomie. Selain itu, sertifikat halal membuat Indomie menjadi pilihan utama di negara muslim, kata Fanny.
Kantar Wordpanel mensurvei 27,6 juta rumah tangga di wilayah perkotaan di Indonesia dengan jumlah sampel 5.680 rumah tangga selama November 2014—Oktober 2015.
Survei di Indonesia meliputi 100 kategori produk dan 400 merek. Adapun survei di level internasional meliputi 200 kategori produk dengan 15.000 merek.
Penjualan produk konsumer di Indonesia pada 2015 hanya tumbuh 6,9% atau separuh dari pertumbuhan 2014 yang melebihi 14%. Namun, laju pertumbuhan penjualan produk konsumer di Tanah Air masih lebih tinggi dibandingkan penjualan global yang hanya tumbuh 4,7%.
Perlambatan ekonomi membuat konsumen mengurangi frekuensi berbelanja untuk menghindari pengeluaran tambahan karena pembelian impulsif.
“Ini terjadi di seluruh dunia karena perlambatan ekonomi. Survei kami menemukan mereka mencoba pergi ke peritel modern lebih jarang. Alasannya menghindari impluse buying,” kata Fanny Murhayati, Business Development Director Kantar Worldpanel Indonesia pada Kamis (26/5/2016).
Berikut adalah 10 merek teratas di Indonesia:
10 Besar Brand Footprint Indonesia 2015
No. | Merek | Perusahaan | Peneterasi Pasar |
1 | Indomie | PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) | 99,2% |
2 | Mie Sedap | PT Sayap Mas Utama (Wings Group) | 92,8% |
3 | Royco | PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) | 92,4% |
4 | Frisian Flag | PT Frisian Flag Indonesia | 89,3% |
5 | So Klin | PT Sayap Mas Utama (Wings Group) | 94,1% |
6 | Indofood | PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) | 92,8% |
7 | Kapal Api | PT Santos Jaya Abadi | 80,3% |
8 | Masako | Ajinomoto | 74,8% |
9 | Kopi Luwak | PT Java Prima Abadi | 86% |
10 | Lifebuoy | PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) | 94,5% |
Sumber: Kantar Worldpanel