Bisnis.com, SURABAYA - Pebisnis multilevel marketing atau MLM resmi yang ada sekarang harus bersiap menghadapi persaingan semakin ketat. Pasalnya sejalan dengan era Masyarakat Ekonomi Asean, diperkirakan semakin banyak MLM asing menyerbu Indonesia.
Ketua Asosiasi Penjual Langsung Indonesia Bidang Anti Money Game Bayu Riono mengatakan gerbang bagi masuknya MLM asing semakin terbuka lebar sejak dikeluarkan aturan bahwa modalnya boleh 100% dimiliki asing.
“Tadinya asing itu maksimal 95% dan 5% sahamnya dimiliki Indonesia. Sekarang trennya semakin bertambah MLM asing, karena Indonesia menarik,” ucapnya.
Hal yang paling menarik dari Indonesia menurut APLI adalah potensi konsumennya. Hal ini sejalan dengan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di Asia mencapai kisaran 250 juta. Di dalam anggota APLI saja MLM lokal sektiar 30%, sisanya campuran asing dan pribumi.
Oleh karena itu kiprah bisnis MLM di Tanah Air harus betul-betul dikawal dengan peraturan yang ketat. Mereka yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Penjualan–Langsung (SIUP-L) harus ditindak tegas. SIUP-L yang diterbitkan BKPM ini menjadi landasan legalitas perusahaan MLM berdagang di Indonesia.
“Berkat UU No. 7/2014, ketika di lapangan ditemukan perusahaan tidak berizin tanpa harus ada laporan, polisi sekarang sudah bisa menindak,” tutur Bayu.
APLI memproyeksikan sepanjang tahun ini omzet pebisnis MLM bisa bertumbuh 20% - 30% dibandingkan 2015. Adapun realisasi selama tahun lalu secara rerata omzetnya Rp15 triliun. Angka ini bukan nilai maksimal lantaran tertekan gejolak ekonomi sehingga turun hingga 30% terhadap 2014.
Asosiasi meyakini tahun ini akan lebih baik daripada 2015. Perbaikan diklaim mulai tampak selama tiga bulan pertama tahun ini, bisnis lebih bergeliat. APLI memperkirakan penyebabnya mungkin ekonomi masyarakat sudah mulai stabil serta spekulasi terhadap nilai tukar dolar terhadap rupiah mereda.
Sejauh ini produk MLM yang sedang tren adalah kosmetik pemutih dan antipenuaan serta pelangsing tubuh. Tren barang ini biasanya bergerak per lima tahun. Sebelumnya yang menjadi primadona adalah produk-produk suplemen makanan.
Produk kosmetik dan pelangsing tubuh berkontribusi sekitar 50% terhadap penjualan. “Adapun bahan bakunya sekarang tidak melulu dari luar melainkan pula sudah ada yang dari dalam negeri,” ucap Bayu.
Lazimnya pemilihan bahan baku impor terkait dengan jaminan kestabilan kualitas. APLI meyakini bisnis MLM akan terus berkembang pada masa-masa mendatang. Usaha di bidang ini membawa angin segar bagi penyediaan lapangan kerja baru. Sekarang saja anggota multilevel marketing di Tanah Air mencapai 11 juta orang.
Namun bagi konsumen yang harus diwaspada penipuan. Alih-alih ingin beli produk atau bergabung dengan MLM ternyata yang dimasuki MTM alias multi tipu marketing.
Perbedaan dasarnya, anggota MLM tetap bisa mendapat bonus meskipun tidak mencari downline, yakni lewat penjualan sedangkan MTM hanya mengandalkan penjaringan downline baru.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Wasiaturrahma mengimbau agar masyarakat dapat berpikir jernih sehingga tidak mudah terimingi-imingi janji penghasilan besar tanpa perlu kerja keras. “Berinvestasi itu haru sehat meski tetap ada risiko,” ujarnya.
Menurutnya, investasi sehat setidaknya punya empat ciri a.l. instrumen investasi harus terdaftar pada otoritas yang berwenang seperti OJK dan Bapepti dan instrument investasi dapat ditransaksikan pada pasar modal atau pasar uang.
Selain itu instrument investasi bersifat liquid serta instrument bersangkutan memiliki return yang rasional. “Tidak ada investasi sehat yang menjanjikan dapat untung besar tanpa harus kerja keras keluarkan keringan,” kata Wasiaturrahma.