Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FED RATE: Penundaan Kenaikan FFR Jadi Momentum Akselerasi Ekonomi

Penundaan kenaikan kembali suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat mampu menjadi momentum akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama dari Jawa
/Reuters
/Reuters

Bisnis.com, DEPOK -- Penundaan kenaikan kembali suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat mampu menjadi momentum akselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia, terutama dari Jawa.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengatakan momentum tersebut didapatkan karena tertundanya kenaikan suku bunga acuan The Fed (Fed Fund Rate) akan berdampak pada kestabilan negara emerging market, termasuk Indonesia.

Kondisi ini pada gilirannya membuat nilai tukar mata uang khususnya rupiah lebih stabil.

"Kurs yang stabil membuat ekonomi Jawa bisa jadi lebih hidup," ujarnya di sela-sela launching program Bina Desa Bangun Indonesia (Bindesia) di Kelurahan Cilangkap, Depok, Sabtu (14/5/2016).

Hidupnya kembali ekonomi Jawa dikarenakan banyak industri manufaktur di sana. Industri manufaktur tersebut, lanjutnya, memerlukan impor barang modal, bahan baku, atau barang penolong. Gejolak kurs, lanjutnya, akan membuat industri manufaktur tertekan.

Apalagi, saat ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun ini tumbuh 4,92%, industri masih menjadi sumber pertumbuhan tertinggi dengan capaian 1%. Kendati demikian, industri pengolahan tercatat hanya tumbuh 4,59%, lebih rendah dari laju produk domestik bruto (PDB).

Selain itu, share pertumbuhan ekonomi Jawa mencapai sekitar 60% dari total PDB nasional. Sehingga, bergeraknya ekonomi Jawa secara otomatis mampu mengerek pertumbuhan ekonomi nasional.

Seperti diketahui, setelah memutuskan untuk tidak melakukan perubahan suku bunga acuan dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada April lalu. Para pejabat Bank Sentral AS meniupkan wacana menaikkan suku bunga acuannya pada Juni 2016.

Namun, rencana itu berpotensi ditunda kembali setelah data perdagangan China dan pertumbuhan lapangan kerja di AS pada April melambat.

Gubernur The Fed Janet Yellen dalam pidatonya usai melakukan pertemuan FOMC juga masih mengkhawatirkan kondisi ekonomi global, terutama perbaikan di China yang masih belum pasti. Pasalnya, China selama ini telah menjadi pusat dari gejolak pasar keuangan dalam beberapa waktu terakhir.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper