Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor industri alas kaki Indonesia ke China berlipat ganda mengisi kekosongan pasokan akibat gelombang penutupan pabrik sepatu di Negeri Tiongkok.
Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengharapkan ekspor alas kaki Indonesia tumbuh 11,11% menjadi US$5 miliar pada 2016 antara lain didorong oleh investasi 13 pabrik sepatu baru pada mulai tahun lalu.
"Di China pabrik banyak yang tutup. Pasar itu kan harus diisi, Vietnam dan Indonesia mengisi. China bahkan kini menjadi tujuan ekspor nomor tiga Indonesia,” kata Eddy di pameran Indo Leather & Footwear 2016 di Jakarta International Expo, Kamis (12/5/2016).
Nilai ekspor alas kaki Indonesia naik dari US$3,8 miliar pada 2014 menjadi US$4,5 miliar pada 2015. Amerika Serikat yang membeli 28,2% dari total ekspor adalah tujuan ekspor utama diikuti oleh Belgia dan China. Porsi ekspor ke China meningkat dua kali lipat dari 3% pada 2014 menjadi 7% pada 2015.
Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki adalah salah satu sektor dengan pertumbuhan produk domestik bruto paling pesat pada awal 2016. Badan Pusat Statistik melaporkan sektor industri tersebut tumbuh 9,21% pada kuartal I/2016 dibandingkan dengan pertumbuhan 3,98% pada seluruh 2015.
“Kendalanya saingan utama kami, Vietnam, memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat. Ekspor Vietnam jadi melonjak tinggi setelah Trans-Pacific Partnership. Kami dorong Indonesia ikut dalam perjanjian itu, meskipun kami tahu mayoritas industri keberatan,” kata Eddy.
Direktur Industri Tekstil, Alas Kaki, dan Aneka, Kementerian Perindustrian, Muhdori mengatakan karakter industri sepatu yang padat karya menjadikan sektor tersebut prioritas bagi pemerintah.
“Jika sampai kinerja industri sepatu menurun akan ada aspek sosial yang lebih tinggi karena terkait tenaga kerja. Ini yang harus kita pagari jangan sampai ada permasalahan, terutama yang terkait dengan kebijakan pemerintah,” kata Muhdori.