Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SURVEI BI: Harga Properti Residensial Naik 0,99%, Pembelian Melambat

Bank Indonesia melaporkan indeks properti residensial pada kuartal I/2016 tumbuh 0,99% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Foto ilustrasi perumahan. / Bisnis Rahman
Foto ilustrasi perumahan. / Bisnis Rahman

Bisnis.com, JAKARTA —Bank Indonesia melaporkan indeks properti residensial pada kuartal I/2016 tumbuh 0,99% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI itu juga menunjukan peningkatan dibandingkan kuartal IV/2015 yang tercatat tumbuh 0,73%. Peningkatan pertumbuhan harga rumah terutama terjadi pada rumah tipe kecil sebesar 1,27%.

“Untuk kuartal II/2016, hasil survei memperkirakan harga properti residensial akan tumbuh 0,36% (qtq), lebih rendah daripada pertumbuhan pada kuartal I/2016,” tulis situs resmi BI, Kamis (12/5/2016).

Pertumbuhan harga rumah itu diiringi dengan volume penjualan properti residensial yang masih melambat. Pada kuartal I/2016, volume penjualan hanya tumbuh 1,51% atau lebih rendah dari kuartal IV/2015 yang tumbuh 6,02%.

Pada kuartal I/2015, volume penjualan properti residensial bahkan tumbuh hingga 26,62%. Perlambatan penjualan itu terjadi pada seluruh tipe rumah terutama rumah tipe kecil.

“Perkembangan ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan kredit pemilikan rumah,” lanjut BI.

Berdasarkan lokasi, perlambatan pertumbuhan penjualan rumah terutama terjadi di Manado, Denpasar, Batam, dan Jakarta.

Hasil survei BI itu juga memperlihatkan 57,92% pembiayaan pembangunan properti residensial masih bersumber dari dana internal pengembang. Sebanyak 77,82% responden BI mengatakan sumber pembiayaan konsumen untuk membeli properti masih mengandalkan pembiayaan perbankan.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi tumpuan konsumen sebagai fasilitas pembiayaan dalam membeli properti residensial terutama pada rumah tipe kecil.

Pada kuartal II/2016, indeks harga properti residensial masih akan naik sekitar 0,36% atau melambat dari kuartal sebelumnya. Kenaikan harga terendah diperkirakan masih terjadi pada rumah tipe besar. Harga rumah di Jabodetabek-Banten diperkirakan mengalami penurunan sebesar 0,07%.

Survei BI ini juga mengungkap alasan responden yang berpendapat faktor utama yang menghambat bisnis properti  diantaranya oleh suku bunga KPR, uang muka rumah, kenaian harga bahan bangunan, dan perijinan pajak. Suku bunga tertinggi KPR terjadi di Nusa Tenggara Timur dan terendah berada di Aceh.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Veronika Yasinta
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper