Bisnis.com, SEMARANG - Kalangan pengusaha menilai potensi industri manufaktur mikro dan kecil di Jawa Tengah memberikan andil cukup banyak dalam pembentukan pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil secara nasional.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengatakan industri manufaktur mikro dan kecil di wilayahnya justru yang bisa bertahan di tengah kelesuan ekonomi dunia tahun lalu. Menurutnya, dampak pelemahan ekonomi dunia berdampak serius pada sejumlah industri dalam negeri.
Dia mengatakan paket kebijakan ekonomi dari pemerintah pusat memberikan angin segar bagi dunia industri. Oleh karena itu, pihaknya berharap kepada pemerintah daerah dan dinas terkait untuk segera merealisasikan arahan pusat.
“Pengusaha pada prinsipnya setuju dengan paket kebijakan ekonomi. Tinggal implementasi pemda sejauh mana. Apalagi, potensi industri manufaktur di sini cukup bagus,” terangnya kepada Bisnis, Senin (9/5/2016).
Data BPS Jateng menyebutkan, pertumbuhan secara tahunan produksi industri manufaktur mikro dan kecil di Jateng mengalami kenaikan sebesar 5,11% atau memberikan kontribusi pertumbuhan produksi secara nasional yang mencapai 5,91% pada triwulan I/2016 terhadap triwulan I/2015.
Selain itu, wilayah berpenduduk 35 juta jiwa itu sebagai salah satu daerah konsentrasi industri mikro dan kecil juga memberikan kontribusi dalam pertumbuhan (q to q) produksi industri mikro dan kecil secara nasional.
Terlihat pada triwulan I/2016 Jawa Tengah mengalami kenaikan pertumbuhan produksi sebesar 0,38 % terhadap triwulan IV/2015, demikian juga secara nasional pada triwulan I/2016 mengalami kenaikan pertumbuhan produksi sebesar 0,76% terhadap triwulan IV/2015.
“Hampir setiap triwulan, laju pertumbuhan produksi industri mikro kecil nasional dan Jateng selalu beriringan, sama-sama mengalami kenaikan maupun penurunan pada triwulan yang sama terhadap triwulan sebelumnya,” imbuh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Margo Yuwono.
Dia menerangkan perekonomian Jateng pada kuartal I/2016 secara tahunan mengalami pertumbuhan 5,1%. Kendati tumbuh, bila dibandingkan dengan tahun lalu justru melambat karena angka pertumbuhan periode sama tumbuh 5,6%.
Dari sisi produksi, pertumbuhan ini disebabkan oleh faktor musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang tumbuh 22,4%. Adapun dari sisi pengeluaran didorong oleh peningkatan komponen ekspor yang tumbuh 11,8%.
Adapun jumlah besaran produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku pada periode kuartal I/2016 mencapai Rp264,01 triliun.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian dengan persentase 19,8%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit sebesar 8,6%.