Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian menyatakan program vokasi keterampilan industri sulit berkembang karena biaya pendidikan yang lebih tinggi.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan kebutuhan tenaga kerja operator dan teknisi mesin pabrik saat ini belum bisa dipenuhi oleh institusi pendidikan vokasi yang ada.
Kapasitas dan kualitas institusi pendidikan vokasi formal seperti sekolah menengah kejuruan atau lembaga pelatihan masih jauh di bawah permintaan industri.
Mesin dan peralatan yang tersedia di institusi pendidikan formal, jelasnya, biasanya tua dan sudah tidak dipergunakan oleh pabrik.
Pendidikan vokasi juga tidak menarik bagi investor swasta. Modal pengadaan mesin, peralatan dan tenaga pelatih profesional dalam institusi pendidikan vokasi jauh lebih mahal dibandingkan modal mendirikan institusi pendidikan umum.
Kemenperin secara rutin menjalankan program pelatihan kerja bekerja sama dengan perusahaan swasta dan pemerintah daerah untuk mengatasi kelangkaan tersebut.
Perusahaan biasanya menyediakan tenaga pelatih dan peserta pelatihan, sedangkan pemerintah menyediakan fasilitas ruang pelatihan dan mesin.
Namun, anggaran program pelatihan industri pemerintah sangat terbatas. Perusahaan swasta yang memiliki kemampuan modal untuk mendirikan pusat pelatihan sendiri juga tidak banyak.
“Kemampuan kami masih ratusan peserta latih per tahun. Target kami dalam jangka panjang itu 20.000 orang, itu berdasarkan perkiraan kebutuhan,” kata Haris.