Bisnis.com, JAKARTA—Badan Pengatur Jalan Tol tengah akan menawarkan peluang investasi di tiga ruas tol baru di Jawa Barat, yaitu Sukabumi—Ciranjang, Ciranjang—Padalarang dan Cileunyi—Banjar dengan nilai total investasi mencapai Rp20,26 trilun.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Herry Trisaputra Zuna menyatakan ruas tol Sukabumi—Ciranjang dan Ciranjang—Padalarang belum termasuk ke dalam 47 ruas tol yang ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Meski demikian, ruas tol tersebut telah ditetapkan ke dalam jaringan jalan tol nasional.
“Kita sedang me-review ulang dokumen studi kelayakannya, dokumen tanahnya, baru bisa kita lelang. Kalau studinya bisa disetuju tahun ini atau tahun depan baik sekali, tetapi untuk dilelang tahun ini belum,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (18/04)
Ditanya mengenai tingkat kelayakannya, Herry menjelaskan selama ini masyarakat
yang menuju Bandung biasa menggunakan tiga koridor jalan, melalui daerah Puncak, Sukabumi, ,maupun Cikampek. Dengan demikiran rencana pembangunan jalan tol itu akan terkoneksi dengan jalur yang ada sebelumnya.
Menurut data BPJT, ruas tol Sukabumi—Ciranjang sepanjang 28 kilometer akan menelan biaya investasi senilai Rp1,46 triliun, biaya tanah Rp129 miliar dan biaya konstruksi 82 miliar. Sementara itu, tol Ciranjang—Padalarang rencananya membentang sepanjang 33 kilometer dan membutuhkan biaya investasi senilai Rp3,57 triliun.
Dari sisi kesiapan lahan, Herry menyatakan belum ada tanah yang dibebaskan untuk ruas tol tersebut. Hal ini karena pemerintah tengah fokus mengejar target penyelesaian konstruksi 47 ruas proyek tol prioritas untuk memenuhi target 1.000 kilometer jalan tol pada 2019 mendatang yang dinilai lebih mendesak.
“Jadi memang sesuai kapasitasnya , karena memang tanah belum [dibebaskan]. Ini bisa menjadi PR [Pekerjaan Rumah] kita setelah 1.000 kilometer cukup, mungkin bisa untuk 5 tahun kemudian, atau kalau memang diputuskan lain bisa saja kita percepat,” ujarnya.
Dia juga menyatakan kebutuhan anggaran lahan untuk ketiga ruas ini belum termasuk ke dalam kebutuhan anggaran lahan tol senilai total Rp16 triliun yang diajukan ke Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) pada tahun ini. Dana Rp16 triliun itu, ujarnya, akan fokus digelontorkan untuk proyek tol lain yang lebih mendesak.
Adapun ruas tol Cileunyi—Banjar sepanjang 107 kilometer diperlukan untuk menambah kapasitas jalan dan mengurai kemacetan menuju Garut dan Tasikmalaya yang selama ini terjadi saat arus mudik di kawasan Nagreg. Ruas tol yang diusulkan pembangunannya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini diperkirakan membutuhkan investasi hingga Rp15,23 triliun.
“Kami melihatnya sisi selatan ini seperti Pantura, tapi ada di sisi selatan. Jalurnya memang belum masuk di rencana umum, sedang di-work out,” ujarnya.
Lebih lanjut Herry memaparkan pihaknya kini juga mulai memikirkan kebutuhan anggaran untuk pengadaan lahan proyek-proyek tol yang tidak termasuk 47 ruas tol prioritas. Perencanaan dari jauh hari diperlukan untuk memastikan proyek-proyek tol itu terbangun tepat pada waktunya.