Bisnis.com, JAKARTA - Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) akui para operator bus selama ini menggunakan tarif batas bawah.
Ketua IPOMI Kurnia Lesani Adnan menuturkan langkah para operator bus tersebut diambil guna menarik masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi moda darat bus. Dia menuturkan saat ini tingkat keterisian bus (load factor) terus mengalami penurunan.
“Saat ini [Bus] AKAP [antarkota antarprovinsi] menggunakan tarif batas atas dan bawah. Tapi kenyataannya kami menggunakan tarif rata-rata di bawah batas bawah sehubungan dengan load factor yang rendah,” kata Kurnia, Jakarta, Selasa (5/4/2016) malam.
Dia menambahkan turunnya tingkat keterisian lantaran para operator bus berhadapan dengan moda transportasi darat lainnya, yakni kereta api. Dengan kelas yang sama, yakni kelas ekonomi, kereta api sudah dilengkapi fasilitas pendingin udara.
Tidak hanya itu, harga tiket kereta api pun lebih murah dibandingkan dengan bus AKAP. Kemudian, dengan menggunakan jasa kereta api, masyarakat tidak akan terkena macet. "Perjalanan lancar,” tambahnya.
Sementara tingkat keterisian mengalami penurunan, harga suku cadang terus mengalami kenaikan. Sejak Januari 2016, dia menuturkan, suku cadang mengalami peningkatan hingga 15%. Alasannya, bea impor terkait suku cadang kendaraan bus semakin mahal.
Terkait dengan kondisi tersebut, tuturnya, saat ini masyarakat hanya sensitif mengenai penurunan tarif bahan bakar minyak saja. Padahal pembentukan tarif dalam perusahaan transportasi tidak hanya BBM.
“Kepada siapa pengusaha harus meminta? Apakah kami harus mengurangi standar pelayanan? Atau standar keamanan?,” katanya. Jika hal itu dilakukan, dia mengatakan kondisi tersebut nantinya dapat berbalik kepada para pelaku usaha bus.
Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas mengatakan di jalur transportasi yang sudah terdapat jaringan kereta apinya, orang-orang memang benar akan lebih memilih menggunakan kereta api dibandingkan dengan bus.
Adapun untuk membuat masyarakat memilih menggunakan jasa bus pada saat ini, dia menuturkan sulit dilakukan karena penumpang membutuhkan keselamatan dan kelancaran. Menurutnya, ketika menggunakan bus, masyarakat masih memiliki rasa khawatir.