Bisnis.com, JAKARTA – Hennes & Mauritz AB (H&M) memperkirakan tekanan penguatan dolar AS terhadap penjualan akan sedikit berkurang setelah pada kuartal I/2016 perusahaan tersebut melaporkan laba sedikit di atas perkiraan para analis.
H&M dalam pernyataan pada Rabu (6/4/2016) menyebutkan laba sebelum bunga dan pajak perusahaan turun 29% menjadi 3,27 miliar kronor atau senilai US$400 juta pada kuartal pertama, sedikit di atas perkiraan analis sebesar 3,21 miliar kronor.
Margin kotor sebesar 52% juga di atas perkiraan analis sebesar 51,5%. Sementara itu, saham naik 2,1% pada awal perdagangan di bursa Stockholm.
Pada Januari lalu, H&M telah diperingatkan bahwa penguatan dolar akan menambah biaya pembelian pada kuartal pertama, dan efek tersebut akan terus berlanjut hingga akhir tahun.
Perusahaan busana berbasis di Stockholm, Swedia tersebut memproduksi 80% produknya di Asia, yang biaya produksi sering dipatok berdasarkan dolar AS. Sementara itu, perlambatan penjualan memaksa H&M untuk memberikan diskon lebih banyak untuk barang dagangannya.
“Efek negatif dolar masih berlangsung untuk pembelian yang dilakukan pada kuartal kedua 2016, tetapi seharusnya itu akan menjadi ‘netral atau sedikit positif’ pada kuartal keempat,” kata Karl-Johan Persson, CEO H&M.
Penjualan pada Maret naik 2% termasuk yang ditransaksikan menggunakan mata uang lokal, awal yang tidak begitu bagus untuk kuartal pertama akibat cuaca dan Paskah yang terlalu dini.
Persson mengatakan total penjualan Maret, April, dan Mei harus dilihat bersamaan karena efek Paskah dan cuaca mempengaruhi komparabilitas penjualan per bulan.
“Tren penjualan baru-baru ini jelas mengecewakan, meskipun saya tidak membacanya sebagai hal yang sangat negatif dalam penjualan Maret. Ini jelas kuartal yang sangat sulit, meskipun tidak sesulit yang diperkirakan,” kata Anne Critchlow, analis dari Societe Generale.
H&M berencana membuka 4.000 toko di New Delhi pada bulan ini – dua kali lipat dari jumlah pada 2010 sebanyak 2.000 toko. Dan juga akan membuka penjualan online di 11 negara baru, termasuk Irlandia dan Jepang.