Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi di Klaster Kedelai BI Lamongan Capai 2,7 Juta Ton

Bank Indonesia Jawa Timur berhasil mendongkrak produksi kedelai di Kabupaten Lamongan mencapai 2,7 juta ton per hektare melalui klaster kedelai khusus pada tahun lalu.
Mesin pemanen kedelai tengah beroperasi di ladang Brasil/Ilustrasi-Bloomberg
Mesin pemanen kedelai tengah beroperasi di ladang Brasil/Ilustrasi-Bloomberg

Bisnis.com, SURABAYA - Bank Indonesia Jawa Timur berhasil mendongkrak produksi kedelai di Kabupaten Lamongan mencapai 2,7 juta ton per hektare melalui klaster kedelai khusus pada tahun lalu.

Kepala BI Jatim Benny Siswanto mengatakan pembentukan klaster kedelai tersebut bertujuan meningkatkan produksi dan pendapatan petani kedelai. Hal ini ditempuh melalui upaya peningkatan produktivitas dari rerata 1,4 ton per hektare (ha) menjadi di atas 2 juta ton per ha.

“Pengembangan klaster kedelai juga merupakan upaya mendukung dan berkontribusi dalam mencapai ketahanan dan kemandirian pangan nasional,” ucapnya, Selasa (5/4/2016).

Di Lamongan, selama 75 hari sejak dimulai penanaman sampai dengan panen tiba diperoleh hasil demplot klaster kedelai menggunakan varietas Grobogan rerata produksinya 2,1 ton/ha. Selain ini ada yang bahkan mampu berproduksi mencapai 2,7 ton/ha.

Benny menilai hasil tersebut menunjukkan peningkatan luar biasa dibandingkan dengan hasil kedelai lokal non-Grobogan alias varietas Wilis, yang hanya mampu mencapai kisaran 1,6 ton/ha. Adapun produksi di atas 2 ton/ha dicapai dalam kondisi kekurangan air karena kemarau. “Apabila air bisa mendukung maka produksi diperkirakan bisa lebih tinggi lagi,” kata dia.

Jika metode budidaya klaster kedelai di Lamongan dapat direplikasi pada seluruh lahan kedelai milik Pemprov Jatim, imbuh Benny, potensi produksinya pasti meningkat. Saat ini terdaat 210.761 ha lahan kedelai, potensi produksi dengan metode ini bisa mencapai 442.598-569.055 ton.

Produksi klaster kedelei besutan BI menggunakan varietas Grobogan dihargai industri pembuatan tahu-tempe Rp6.800 – Rp7.500 per kg. Ini menunjukkan perubahan varietas dan pembenahan budidaya tidak hanya bisa mendongkrak produktivitas tetapi juga mendongkrak pendapatan petani kedelai.

“Klaster kedelai ini juga berkontribusi dalam pengendalian inflasi komoditas pangan serta berupaya menurunkan impornya.” Kata Benny.

Badan Pusat Statistik Jatim Melansir pada 2010 – 2015 rerata produksi kedelai di provinsi ini 350.578 ton. Rerata kontribusinya terhadap produksi kedelai nasional dalam kurun waktu yang sama 39,76%. Produsi ini adalah yang terbanyak dibandingkan dengan provinsi lain.

Kendati demikian bukan berarti Jatim mampu mencukup kebutuhan konsumsi kedelainya sendiri. Konsumsi kedelai di provinsi ini per tahun berkisar 420.000 ton. Dengan kata lain ada kekurangan 60.000 – 70.000 ton yang selanjutnya dipenuhi dari impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper