Bisnis.com, JAKARTA - Berawal dari perusahaan asuransi properti dan otomotif nasional. Anbang Insurance Group Co. berhasil bertransformasi menjadi salah satu ujung tombak China dalam melebarkan pengaruh ekonominya di kancah global.
Anbang didirikan pada 2004 oleh Wu Xiaohui sebagai perusahaan asuransi otomotif dan properti. Dalam beberapa tahun terakhir Xiaohui mengubah orientasi bisnisnya, setelah dia melihat perlemahan ekonomi China terlalu berlarut-larut.
Perekonomian salah satu raksasa ekonomi dunia itu masih diliputi ketidakjelasan dalam beberapa tahun terakhir, membuat sejumlah perusahaan berlomba-lomba menanamkan uangnya dalam aset yang lebih aman. Aset global di luar negeri, menjadi incaran sejumlah perusahaan asal Negeri Panda ini.
Langkah perusahaan-perusahaan China itu pun rupanya mendapat dukungan dari pemerintah. Kepala Regulator Asuransi China Xiang Junbo pun terang-terangan meminta, agar seluruh perusahaan China, terutama yang bergerak di sektor asuransi lebih berani berinvestasi ke luar negeri.
Situasi dan kondisi tersebut menjadi pedoman bagi Xiaouhui, untuk menggeser fokus usahanya ke sektor real estate dan keuangan global. Bermodal awal aset perusahaan yang bernilai 1,65 triliun yuan, Anbang berhasil mengguncang sektor properti internasional dengan melakukan sejumlah aksi korporasi strategis.
Dalam 18 bulan terakhir, perusahaan ini telah menandatangani sejumlah aksi pembelian terhadap beberapa perusahaan asing dengan nilai lebih dari US$30 miliar. Terakhir, perusahaan yang berbasis di Beijing ini telah berhasil mengakuisisi perusahaan operator hotel Starwood asal Amerika Serikat (AS) senilai US$12,8 miliar.
Selain itu pada Maret, Anbang juga berhasil mendapatkan Strategic Hotels & Resorts Inc. usai membayar kepada Blackstone Group senilai US$6,5 miliar. Proses akuisisi ini, membuat Anbang berhak mengendalikan 16 properti mewah di AS termasuk hotel Four Season Washington DC.
"Anbang akan memiliki jejak global. Dalam 10 tahun ke depan, Anbang akan memiliki perusahaan di semua benua di dunia," ujar Xiaouhui dalam pidatonya di hadapan mahasiswa Universitas Harvard tahun lalu.
Xiaohui terkenal sebagai pengusaha yang penuh ambisi. Dia dikabarkan cukup dekat dengan sejumlah pejabat pemerintahan China, terlebih setelah dirinya menikahi Deng Zhuorui, cucu dari mantan presiden China Deng Xiaoping.
Kedekatannya dengan sejumlah pejabat salah satunya terbukti dari daftar anggota dewan perusahaan yang didominasi oleh kalangan keluarga pemerintah. Mereka a.l. Levin Zhu, mantan CEO China International Capital Corp. yang merupakan putra mantan Perdana Menteri China Zhu Rongji, Long Yongtu, kepala perunding China ketika bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan Chen Xiaolu, putra Marsekal China Chen Yi.
Sejumlah analis dan ekonom China memperkirakan, berkat dukungan pejabat tersebut dalam satu dekade ke depan langkah pria asal Kota Wenzhou bersama Anbang akan menjadi salah satu yang paling bersejarah di Negeri Tembok Besar. Selain itu, sejumlah rekan bisnis Xiaohui pun menggambarkannya sebagai pengusaha yang bergairah, sabar dan sangat ambisius.
Anbang, dikenal sebagai perusahaan yang gemar melakukan strategi akuisisi terhadap perusahaan yang mampu menghasilkan yield tinggi. Untuk melakukan pembelian tersebut, perusahaan memanfaatkan oleh kas perusahaan yang berasal dari penjualan produk asuransi dan sumber-sumber lainnya.
Sebelum mencatatkan aks korporasi strategis terhadap Blackstone dan Starwood dalam dua bulan terakhir. Pada Oktober 2014, Anbang juga telah berhasil melakukan aksi pembelian strategis, dengan mendapatkan Waldorf Astoria Hotel di New York senilai US$1,95 miliar.
Xiaohui mengatakan akuisisi tersebut akan berefek ganda pada perusahaan. Pertama, Anbang berhasil mendapatkan hotel dengan prospek profit yang menjanjikan. Kedua, menjadi ajang promosi perusahaan paling efektif.
Selain melakukan akuisisi terhadap sejumlah perusahaan properti internasional terkenal, Anbang juga berhasil membeli beberapa perusahaan asuransi besar di sejumlah negara. Pada 2015 Anbang tercatat sukses membeli perusahaan asuransi asal AS yakni Fidelity & Guaranty Life senilai US$1,6 miliar.
Pada tahun yang sama, Anbang juga berhasil membeli perusahaan asuransi jiwa asal Korea Selatan Tong Yang Life Insurance senilai US$1 miliar. Di Belgia, perusahaan ini juga berhak memperoleh saham mayoritas atas perusahaan asuransi FIDEA. Saat ini, Anbang sedang menjajaki pembicaraan untuk membeli saham Allianz di Korea Selatan.
Sementara itu, di sektor keuangan, pada tahun lalu, perusahaan telah sukses mendapatkan unit usaha perbankan dari perusahaan asuransi Belanda Delta Lloyd. Di China sendiri, Anbang memiliki saham mayoritas di Minsheng Banking Corp Ltd. dan China Vanke Co.
Pada saat ini, Anbang tercatat telah memegang lisensi untuk menjual properti, asuransi jiwa dan kesehatan, dan mengoperasikan bisnis asuransi anuitas. Hal ini membuat aset perusahaan meningkat lebih dari dua kali lipat sejak Desember 2014.
Kedua anak perusahaannya, Anbang Life Insurance and Anbang Annuity Insurance terbukti mampu meraih keuntungan senilai 49 miliar yuan pada tahun lalu. Perolehan keuntungan terbesar tercatat berasal dari penjualan polis asuransi jiwa.
Tuduhan Spionase
Proses akuisisi Waldorf Astoria Hotel yang merupakan ikon di New York, telah menarik Komite Investasi Asing Amerika Serikat (CFIUS) untuk melakukan pemeriksaan. Mereka menduga ada aksi spionase China terhadap AS di balik proses akusisi in.
Pasalnya, hotel tersebut kerap digunakan oleh Presiden AS Barack Obama untuk menginap ketika mengunjungi markas besar PBB di New York. Masalah keamanan negara menjadi alasannya.
Hal yang sama pun terjadi ketika Anbang membeli Starwood. Para analis dan ahli keamanan memperkirakan aksi korporasi ini akan semakin meningkatkan niatan CFIUS untuk melakukan penyelidikan.
Salah satu properti milik Starwood di Washington DC yakni W. Hotel rupanya memiliki posisi yang berhadapan langsung dengan Kementerian Keuangan AS. Namun situasi ini, menurut para ahli kemanan nasional, dapat direduksi apabila Anbang menawarkan strategi divestasi saham atau strategi lainnya. (Bloomberg/Reuters)