Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha menilai Indonesia akan kehilangan momentum pengembangan industri di tengah percepatan proyek infrastruktur akibat lambatnya implementasi penurunan harga gas industri.
Yustinus Gunawan Ketua III Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman Indonesia (AKLP) mengatakan indikasi perbaikan ekonomi yang akan terjadi pada semester II/2016 seiring dengan percepatan proyek infrastruktur yang hingga kini belum diantisipasi oleh industri untuk meningkatkan produksi.
“Setelah proyek infrastruktur selesai, pembangunan properti dan lainnya pasti tumbuh, tetapi daya saing produsen dalam negeri hingga kini masih lemah. Apa lagi ketidakpastian penurunan harga gas menyebabkan industri sulit menentukan target produksi,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (15/3/2016).
Saat ini, lanjutnya, total kapasitas mesin terpasang industri kaca lembaran dan pengaman mencapai 1,45 juta ton per tahun dengan pembagian pasar 25% untuk sektor otomotif dan 75% sektor properti. Produk impor berpotensi membanjiri pasal dalam negeri akibat harga produk lokal lebih mahal.
Untuk kaca lembaran dan pengamanan, lanjutnya, kendati Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib telah diterapkan, sejumlah produsen luar negeri dengan mudah mendapatkan sertifikat tersebut. Dengan demikian, produsen sangat menanti penurunan harga gas untuk meningkatkan daya saing.
Ketua Asosiasi Produsen Gelas Kaca Indonesia Henry Susanto mengatakan ketidakpastian penurunan harga gas industri menyebabkan pelaku usaha sulit menyusun rencana produksi. Padahal, pada semester II tahun ini produsen memperkirakan ada peningkatan dari sektor properti.
“Seharusnya sekarang kita siap-siap menerima lonjakan permintaan, tetapi harga gas masih tinggi. Industri kaca ini 24 jam melakukan pembakaran menggunakan gas, sehingga porsi energi dalam cost produksi mencapai 30%,” ujarnya.
Dengan penurunan harga gas menjadi US$8 per million metric british thermal unit (MMbtu) dari saat ini US$9 per MMbtu, ongkos produksi dapat turun sekitar 4%. Hal ini akan mengangkat daya saing produk Indonesia di pasar domestik maupun ekspor.
Kendati demikian, lanjutnya, salah satu produsen blok kaca dalam negeri sudah meningkatkan kapasitas produksi sebesar 20% untuk mengantisipasi peningkatan permintaan. Saat ini, dari dua produsen blok kaca di Indonesia, jumlah produksi mencapai 90.000 ton per tahun.