Bisnis.com, PEKANBARU--Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) memastikan seluruh anggotanya untuk menyiapkan upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan menyusul mulai ditemukannya sejumlah titik panas di Riau menjelang berakhirnya musim penghujan 2016.
Wakil Ketua APHI Irsyal Yasman mengatakan langkah yang harus dilakukan termasuk manajemen tata air di lahan gambut, membangun sistem deteksi dini, dan menyiapkan perangkat pengendalian kebakaran.
Selain itu, penguatan kolaborasi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan juga harus dibangun. Pasalnya, lanjutnya, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia multidimensi dan kompleks. Untuk itu upaya pengendaliannya memerlukan kolaborasi aktif semua pihak.
"APHI berharap pemerintah dapat melakukan koordinasi para pihak di lapangan untuk langkah pencegahan di provinsi prioritas yang rawan kebakaran,” kata Irsyal dalam keterangannya, (7/3/2016).
Pentingnya kolaborasi tak lepas dari fakta bahwa penyebaran titik panas (hotspot) ada di kawasan hutan, termasuk hutan konservasi, dan non kawasan hutan, seperti perkebunan dan lahan milik masyarakat.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, hingga Sabtu (5/3) ada 53 titik panas yang terdeteksi dan 37 diantaranya diindikasikan sebagai kebakaran lahan dan hutan.
Titik panas itu tersebar di lima daerah, yaitu Kota Dumai, Kabupaten Pelalawan, Rokan Hilir, Bengkalis, dan Kabupaten Kepulauan Meranti.
Kelima kabupaten/kota di Riau tersebut sudah dan akan menetapkan status siaga darurat kebaakaran hutan dan lahan, karena titik panas sudah terdeteksi lebih dari dua pekan.