Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KEDAULATAN PANGAN: Membakar Semangat Petani

Dalam orasinya di tengah ratusan petani, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pada masa yang akan datang peperangan bukanlah kontak fisik dan angkat senjata, melainkan perang pangan.
Anggota Babinsa (Bintara Pembina Desa) Kodim 0706/Temanggung membantu petani membajak sawah di persawahan Desa Ngadimulyo, Kedu, Temanggung, Jateng, Senin (22/6)./Antara-Anis Efizudin
Anggota Babinsa (Bintara Pembina Desa) Kodim 0706/Temanggung membantu petani membajak sawah di persawahan Desa Ngadimulyo, Kedu, Temanggung, Jateng, Senin (22/6)./Antara-Anis Efizudin

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam orasinya di tengah ratusan petani,  Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan pada masa yang akan datang peperangan bukanlah kontak fisik dan angkat senjata, melainkan perang pangan.

Maka petani-petani di dalam negeri adalah tentara-tentara yang mampu melindungi keberlanjutan produksi pangan lokal. Petani adalah tonggak cita-cita kedaulatan pangan agar kelak kita tidak tumbang saat perang pangan terjadi.

Maka mutlak petani adalah pihak yang harus diperkuat. "Daulat pangan adalah suatu keharusan. Kita harus mampu memproduksi sendiri. Produksi kita tidak pernah turun, mekanisasi terus dijalankan," kata Ganjar.

Para petani dari sejumlah desa beramai-ramai mengunjungi Desa Merkek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Hari itu, mereka kedatangan tamu besar. Ada Menteri Pertanian Amran Sulaiman, ada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, KSAD Mulyono, Direktur Operasional dan Pelayanan Publik (OPP) Perum Bulog Wahyu Suparyono, dan Bupati Cilacap Tato Suarto Pamuji.

Dalam kunjungan kali ini, Amran melangsungkan panen lahan sawah di Desa Mernek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Total lahan yang dipanen yaitu 293 hektare. Di desa ini, Amran beraksi memanen dengan menggunakan alat mesin pemanen.

Soal alat mesin pertanian, Ganjar menyampaikan keinginannya agar seluruh petani di Jawa Tengah mulai mengintensifkan penggunaan alsintan. Dengan alsintan, maka biaya produksi dapat ditekan dan beras yang diperoleh lebih berkualitas.

“Intinya kita harus mampu memproduksi pangan sendiri. Yang seperti ini [hamparan sawah luas] tidak hanya ada di Jawa Tengah. yang seperti ini ada di seluruh Indonesia. Masa kita masih saja impor beras,” katanya bersemangat.

Dia juga bercita-cita membekali kader petani muda dengan peralatan mesin pertanian. Saat ini, produktvitas padi nasional mencapai 5,5 ton per hektare. Dengan mekanisasi dan teknologi, Ganjar menargetkan produktivitas padi di Jawa Tengah dapat mencapai rata-rata 7 ton per hektare.

Ganjar mencatat, pada 2015, Jawa Tengah menargetkan produksi sebesar 10,228 juta ton gabah kering panen (GKP), namun capaian produksinya melebihi target yaitu mencapai 11,045 juta ton, menjadi kontributor utama produksi nasional.

Tak tanggung-tanggung, Ganjar juga mengajak petani Jawa Tengah untuk dapat membantu produksi nasional pada dua komoditas utama target swasembada lainnya yaitu jagung dan kedelai. Dalam waktu dekat, dia mengaku akan menggelar pertemuan dengan para petani dalam rangka mengupayakan peningkatan produksi kedelai.

Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji menyampaikan wilayah tersebut merupakan kabupaten terluas di Jawa Tengah dengan surplus beras pada tahun lalu sebesar 363.000 ton.

“Di beberapa tempat itu ada irigasinya yang butuh perbaikan. Tapi dengan kehadiran Pak Menteri di sini, kami termotivasi untuk tidak tidur. Mengapa takut MEA [Masyarakat Ekonomi Asean] kalau kita punya apa yang negara lain tidak punya, yaitu gotong royong,” kata Tatto.

Pada 2014, Cilacap memproduksi 699.169 gabah, dan naik 27,1% menjadi 888.644 ton pada 2015. Daerah ini memiliki sawah seluas 64.744 hektare atau 30,27% dari total luas wilayah yaitu 225.361 hektare.

Pemerintah memastikan hadir dalam memenuhi kebutuhan para petani. Kendati sebagian pengamat menilai pemerintah telah memanjakan petani, Kementerian Pertanian berkeras bahwa petani harus diperkuat dengan pemberian bantuan alsintan.

Di sisi lain, pemerintah daerah pun didorong untuk menciptakan inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi petani dan pada akhirnya dapat mengerek volume produksi nasional. Tanpa penguatan petani, maka kedaulatan pangan selamanya hanya akan berwujud program pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper