Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Akurasi Data, Pemerintah Perlu Sensus Kedelai

Pemerintah diminta menyelesaikan akurasi data soal produksi kedelai lokal menyusul importasi komoditas itu yang kerap tidak sesuai dengan kebutuhan di dalam negeri.
Kedelai/Reuters
Kedelai/Reuters
Bisnis.com, BANDUNG--Pemerintah diminta menyelesaikan akurasi data soal produksi kedelai lokal menyusul importasi komoditas itu yang kerap tidak sesuai dengan kebutuhan di dalam negeri.

Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat Entang Sastraatmadja mengatakan selama ini persoalan akurasi data kedelai lokal masih belum sama antarintansi terkait bahkan di tingkat petani. Kondisi tersebut menyebabkan importasi yang dilakukan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.

"Impor yang dilakukan sering tidak sesuai karena akurasi data di lapangan berbeda antara satu sama lain," ujarnya kepada Bisnis, Senin (22/2).

Entang menjelaskan, jumlah produksi serta kondisi lahan kedelai di Jabar tidak akan sebanyak dengan padi. Karena komoditas itu masih kurang dilirik oleh petani akibat keuntungan yang relatif rendah dibandingkan padi.

Menurutnya, pemerintah perlu melaksanakan kembali sensus pertanian yang dikhususkan untuk beberapa komoditas salah satunya kedelai. Kendati harus mengeluarkan anggaran yang cukup tinggi, namun hal tersebut jangan menjadi hambatan.

Entang beralasan, sensus pertanian harus dilakukan agar akurasi mengenai data kedelai berada dalam satu database. 

"Kendati sensus baru dilakukan 2013 lalu, tapi akurasi data ini perlu dilakukan. Karena salah satu kunci untuk mengetahui soal itu ya dengan sensus pertanian," ujarnya.

Kendati demikian, dia menjelaskan, dalam melakukan sensus pertanian keterlibatan masyarakat dan stakeholder terkait harus berlaku jujur agar akurasi data benar-benar didapat dengan optimal. 

"Nanti kekeliruan soal data di lapangan akan terungkap. Artinya program swasembada kedelai yang dilakukan pemerintah akan berjalan maksimal apabila akurasi data telah diperoleh," ujarnya.

Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jabar Asep Nurdin mengatakan saat ini kebutuhan kedelai untuk perajin tahu dan tempe di provinsi tersebut mengalami peningkatan.

"Kebutuhan kedelai di Jabar agak meningkat seiring bertambahkan perajin tempe," ujarnya.

Saat ini kebutuhan kedelai di Jabar mencapai 15.000-20.000 ton per bulan atau 180.000-240.000 ton per tahun. Dari jumlah itu, hanya sekitar 20.000 ton per tahun yang bisa dipenuhi petani lokal.

Kebutuhan kedelai tersebut antara lain diperuntukan bagi bahan baku tahu tempe, tahu, susu kedelai, dan makanan lainnya.

"Pasokan kedelai dari dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan karena produksinya masih minim," ujarnya.

Kendati masih ketergantungan dari impor, saat ini harga kedelai cukup stabil di kisaran Rp6.300-Rp6.700/kg. Kondisi stabilnya harga kedelai sudah terjadi sejak 2014, di mana saat itu sempat menembus Rp7.300-Rp7.500/kg.

"Harga bisa stabil karena impor yang dilakukan sekarang terbuka, jadi dari Kopti sudah tahu berapa harga sesungguhnya. Berbeda sebelum 2014 yang masih tertutup sehingga harga sering bergejolak," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper