Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian meminta Mitsubishi Materials, Jepang melalui anak usaha di Indonesia yakni PT Smelting di Gresik menambah varian produk dari smelter tembaga yang dimiliki.
Saleh Husin, Menteri Perindustrian, mengatakan PT Smelting yang saham mayoritasnya dikuasai oleh Mitsubishi Materials serta pemegang saham lainnya yakni PT Freeport Indonesia, Mitsubishi Corporation, Nippon Mining and Metals Co. Ltd. hanya memproduksi katoda tembaga.
“Katoda tembaga terbatas hanya untuk memasok industri kabel listrik. Oleh karena itu, smelter diharapkan mengembangkan industri antara yang selanjutnya mengolah tembaga untuk industri otomotif dan elektronika,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi, Minggu (21/2/2016).
Menurutnya, melalui ekspansi produk yang dihasilkan oleh smelter, nilai tambah atas penghiliran hasil tambang akan semakin tinggi serta memperkuat industri strategis otomotif dan elektronika dalam negeri.
Selain itu, produk yang dihasilkan industri antara dan hilir lebih tahan terhadap fluktuasi harga komoditas global.
Hiroshi Yao, Chairman Mitsubishi Materials Corporation, mengatakan Indonesia merupakan salah satu pemasok tembaga dunia dan menjadi mitra penting bagi perusahaan dalam pengusahaan dan pengolahan tembaga.
Dalam lawatan ke Jepang, rombongan Kementerian Perindustrian juga bertemu dengan Kansai Economic Federation (Kankeiren), rrganisasi ekonomi yang berdiri sejak 1946 dan beranggota 1.300 industri jasa dan manufaktur, perguruan tinggi, dan organisasi lainnya.
“Sejak 1980 kami memberi pelatihan teknologi dan manajemen, perusahaan Indonesia termasuk yang pertama kami gandeng dalam program pelatihan ini. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan SDM dan usaha,” ujar Vice Chairman Kankeiren Masayuki Matsushita.
Masayuki yang juga Vice Chairman of the Board Panasonic Corporation, mengatakan Maret mendatang Kankeiren akan mengunjungi Indonesia, salah satunya untuk berdialog dan menjajaki peningkatan kerja sama lebih erat.
Selain itu, tahun ini Kankeiren akan memberikan pelatihan moulding kepada industri kecil dan menengah (IKM) Indonesia.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan industri otomotif dan elektronika memberi kontribusi yang sangat besar bagi ekonomi Indonesia.
“Khusus industri elektronika, nilai ekspor mencapai US$10 miliar per tahun. Untuk memperbesar ekspor, dibutuhkan investasi di sektor komponen, terutama industri komponen utama. Selain itu, kami harapkan perusahaan Jepang membangun pusat research & development (R&D),” katanya.