Bisnis.com JAKARTA - Pemerintah Provinsi Papua akhirnya menggeser lokasi fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga katoda berkapasitas 900.000 ton konsentrat ke wilayah yang lebih memadai.
Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan awalnya lokasi memang berada di Poumako, Kabupaten Mimika. Namun, wilayah tapak yang telah dikunjungi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun lalu itu berupa rawa.
"Kita sudah kasih mundur ke wilayah kering. Memang ada kendala. Investor meminta 200.000 hektar, tetapi kita siapkan 10.000 hektar. Jadi itu yang sedang kami diskusikan," ujarnya di Kompleks Istana Negara, Jumat (12/2/2016).
Kendati demikian, dia menilai lahan sudah siap. Investor, lanjutnya, yang berasal dari China sudah mendatangi lokasi tempat didirikannya smelter tembaga katoda. Saat ini, investor tersebut sedang melakukan kajian.
Sebelumnya, Enembe menegaskan jika lahan untuk smelter tembaga katoda itu telah mendapat dukungan dari seluruh wargaPapua. Dia mengatakan bahwa pembangunan smelter tersebut harus berjalan sesuai rencana yang ditargetkan beroperasi pada 2021.
Bisnis mencatat perusahaan asal China yang tertarik untuk melakukan investasi smelter tembaga di Papua adalah China Nonferrous Engineering and Research Institute (ENFI) yang telah mengunjungi lokasi pada April 2015.
Kala itu, ENFi mengungkapkan kepada Kementerian ESDM bila pembangunan diPapuajauh lebih menantang daripada 23smeltertembaga katoda yang telah mereka bangun di China, Chili, dan Zambia.
Pasalnya, diPapuabelum tersedia infrastruktur dan industri penunjang. Namun, ENFI lebih kompetitif dibandingkan yang lain. Pasalnya perusahaan itu lebih banyak pengembangan teknologi ketimbang pesaingnya seperti AustraliaSmelting(Austsmelt) dan Mitsubishi. Apalagi, teknologi dari ENFI jauh lebih murah 65% hingga 70%.