Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Komoditas Perkebunan Unggulan Jabar Perlu Ditambah

Pemerintah Jawa Barat didorong untuk mengembangkan beberapa komoditas perkebunan yang selama ini belum tersentuh secara maksimal.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, BANDUNG--Pemerintah Jawa Barat didorong untuk mengembangkan beberapa komoditas perkebunan yang selama ini belum tersentuh secara maksimal.

Pengamat bisnis perkebunan Jabar Iyus Supriyatna mengatakan saat ini beberapa komoditas perkebunan seperti kelapa dan akar wangi belum menjadi komoditas unggulan.

Padahal, beberapa komoditas tersebut memiliki nilai tambah yang sangat tinggi apabila dijadikan unggulan.

"Apalagi, saat ini pasar bebas Asean sudah berlaku, tentunya harus ada terobosan lagi untuk mengembangkan komoditas unggulan," katanya kepada Bisnis.com, Kamis (11/2).

Iyus mengungkapkan, seperti komoditas kelapa saat ini potensinya begitu besar terutama di Jabar bagian selatan.

Petani di Kabupaten Pangandaran misalnya, yang selama ini masih mengandalkan kelapa masih dijual butiran.

Padahal, turunan dari produksi kelapa bisa dimanfaatkan untuk produk lain seperti fiber, nata de coco, bahan peredam kendaraan, serta lainnya.

Begitupula dengan akar wangi yang saat ini mayoritas terdapat di Kabupaten Garut produksinya terus menurun.

Selama ini akar wangi digunakan sebagai bahan baku minyak atsiri yang pemasarannya diminati ekspor.

"Permintaan minyak atsiri begitu tinggi terutama dari negara Eropa dan harganya bisa mencapai Rp2 juta per kg. Namun pasokan yang minim membuat permintaan belum terpenuhi seluruhnya," katanya.

Oleh karena itu, pemerintah perlu mengembangkan kedua komoditas tersebut sebagai upaya menambah daya saing di level internasional. Sebab, selama ini pemerintah masih terfokus pada empat komoditas yang diunggulkan antara lain teh, karet, kakao, dan kopi.

"Potensi areal perkebunan di Jabar saat ini mencapai 493.000 hektare (ha). Belum seluruhnya digarap optimal," ujarnya.

Dia menjelaskan, luas areal perkebunan di Jabar yang baru terpakai antara lain kopi 35.000 ha (7%), kakao 8.500 ha (1,7%), sawit 17.300 ha (3,5%), karet 57.000 ha (11,5%). Jadi, sisa potensi lahan perkebunan yang belum terpakai mencapai 80% dari total luas lahan perkebunan 493.000 ha.

Adapun, langkah pemerintah pusat yang akan fokus terhadap empat komoditas seperti sawit, kakao, kopi, dan karet sangat didukung. Karena menurutnya hal tersebut merupakan komoditas unggulan di dalam negeri.

"Tapi untuk Jabar tetap harus ada lagi yang diunggulkan agar bisa memiliki nilai tambah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper