Bisnis.com, JAKARTA - Tiga kali sudah, kapal ternak yang mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) merapat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Angkutan khusus ternak, terutama sapi itu awalnya diharapkan menjadi solusi menekan harga daging sapi. Kendati sebenarnya, persoalan tingginya harga daging sapi tak sekadar diukur dari sisi kemudahan transportasi dari tempat asal ke sentra-sentra permintaan utama.
Ada persoalan lain yang juga perlu diurai agar masalah tingginya harga daging sapi, tak berulang dari waktu-waktu. Penegakan aturan UU No. 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan juga perlu menjadi perhatian pemerintah.
Dalam UU itu jelas mengatur bagaimana pengawasan terhadap pengadaan dan peredaran bahan pakan dan tumbuhan atau tanaman pakan yang tergolong bahan pangan yang perlu terkoordinasi antarinstansi atau departemen. Belum aturan lain yang menyebut mengenai pengaturan stok betina produktif. Mengapa hal itu perlu dilakukan?
Berdasarkan sensus pertanian 2013, stok sapi tercatat 12,3 juta ekor atau susut sampai 4,5 juta ekor hanya dalam waktu dua tahun. Survei yang dilakukan menunjukkan, ada pemotongan betina produktif sebanyak 30% sepanjang 2013-2014 atau sekitar 1 juta ekor.
Belum lagi urusan mengenai infrastruktur, seperti pembangunan kawasan peternakan, pemberdayaan Rumah Pemotongan Hewan (RPH), dan lainnya yang menyangkut distribusi.
Selasa (9/2) pagi, kapal pengangkut KM Camara Nusantara 1 membongkar sebanyak 299 ekor sapi asal Kupang, Nusa Tengara Timur (NTT). KM Camara memiliki daya angkut penuh hingga 500 ekor sapi.
“Kalau lancar dan cuaca bagus [tidak hujan] seperti hari ini, kegiatan bongkar 299 ekor sapi bisa rampung dalam tiga jam,” ujar Narson, Mualim KM Camara 1 kepada Bisnis.com.
Narson tidak mengetahui pasti sapi yang sudah di muat ke atas truk itu hendak dikirimkan ke mana. Petugas Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Pelabuhan Tanjung Priok, Yadi Suryaningrat yang ikut memantau proses bongkar muat sapi itu menyebutkan hewan itu akan dikirimkan ke DKI Jakarta, Subang Jawa Barat dan sekitarnya.
“Ya untuk memenuhi kebutuhan daging sapi di dua wilayah itu,” ujarnya.
Sebenarnya, kapal ternak KM Camara Nusantara I yang dioperasikan PT Pelni telah memasok sapi ke DKI Jakarta pada Desember 2015. Kala itu, sebanyak 353 ekor sapi dari NTT juga dibawa ke Jakarta. Namun, harga daging sapi di Jakarta masih berkisar di atas Rp100.000/kg. Padahal, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin harga daging sapi di Jakarta bisa turun sampai kisaran Rp80.000/kg dengan adanya kapal ternak.
Dalam jumpa pers di Pelabuhan Tanjung Priok, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan keberadaan kapal ternak belum mampu menurunkan harga daging sapi di DKI Jakarta. “Kalau jangka pendek belum terasa. Namun, untuk jangka panjang saya yakin ada dampaknya,” ujarnya.
BANYAK MANFAAT
Amran juga menegaskan keberadaan kapal ternak bertujuan mengubah struktur pasar, memperpendek rantai pasokan, mempersingkat distribusi, sehingga harga daging sapi bisa diturunkan.
Dia meyakini banyak manfaat dari kapal ternak. Mulai dari penurunan biaya distribusi sapi, hingga penurunan tingkat susut bobot sapi. Alasannya, katanya, biaya angkut sapi dari NTT ke DKI Jakarta sebelumnya mencapai Rp1,8 juta per ekor.
“Sekarang cuma Rp320.000 per ekor. Dulu angkut sapi dari NTT ke Jakarta butuh 1,5 bulan, bahkan 2 bulan, sekarang cuma 3-5 hari sudah sampai. Bobot sapi dulu bisa turun 20%, sekarang cuma 5%,” ujar Arman.
Kepala Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Arifin Soenardjo menjelaskan instansi terus mengawal program tol laut termasuk angkutan kapal ternak melalui Pelabuhan Tanjung Priok. “Ini program pemerintah untuk terus menekan harga daging sapi ke tangan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Harry Lumondong justru mengusulkan perlunya sentra atau pusat peternakan hewan di DKI Jakarta dan sekitarnya. Sentra itu bisa menghilangkan kegaduhan atas harga daging sapi di wilayah DKI Jakarta.
“Masih ingat dulu ada Peternakan Tapos di Ciawi Jawa Barat sehingga kebutuhan daging sapi untuk Ibu Kota relatif aman. Semestinya sentra peternakan seperti ini digiatkan kembali. Enggak ada salahnya belajarlah dari Tapos,” ujarnya. (k1)