Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PERHOTELAN ASIA PASIFIK: Jual Beli Bakal Berlanjut

Konsultan properti Jones Lang Lasalle memproyeksikan wilayah Asia Pasifik akan menjadi tujuan investasi internasional di bidang perhotelan senilai US$8,5 miliar sepanjang 2016. Nilai tersebut setara Rp115,6 triliun dengan kurs rupiah Rp13.600 per dolar AS.
Hotel bintang 4 Louis Kienne secara perdana beroperasi di Indonesia. Operator hotel ini akan mengoperasikan hotel milik Pollux Properties Indonesia di Semarang, Jawa Tengah/ Fatia Qanitat
Hotel bintang 4 Louis Kienne secara perdana beroperasi di Indonesia. Operator hotel ini akan mengoperasikan hotel milik Pollux Properties Indonesia di Semarang, Jawa Tengah/ Fatia Qanitat

Bisnis.com, JAKARTA — Konsultan properti Jones Lang Lasalle memproyeksikan wilayah Asia Pasifik akan menjadi tujuan investasi internasional di bidang perhotelan senilai US$8,5 miliar sepanjang 2016. Nilai tersebut setara Rp115,6 triliun dengan kurs rupiah Rp13.600 per dolar AS.

Dalam publikasinya, JLL Hotels & Hospitality mengungkapkan sepanjang 2015, lebih dari 33.000 kamar hotel berpindah tangan di Asia Pasifik dengan nilai transaksi US$9,2 miliar atau sekitar Rp125 triliun.

CEO JLL Hotels & Hospitality Asia Scott Hetherington mengatakan, investor asal China, Hong Kong, dan Timur Tengah mendominasi aksi akuisisi bernilai besar tahun lalu. Transaksi besar tahun lalu mencakup penjualan InterContinental Hong Kong senilai US$938 juta dan the Westin Sydney senilai Aus$445 juta.

“Tahun ini, kami kira aktivitas transaksi di seluruh kawasan akan sedikit melambat, dengan kecenderungan beralih ke pasar sekunder di Asia Tenggara dan Samudra Hindia,” katanya dalam publikasi JLL yang dikutip Selasa (9/2/2016).

Global CEO JLL Hotels & Hospitality Group Mark Wynne Smith mengatakan, sepanjang tahun lalu, konsolidasi antara sejumlah brand hotel ternama terjadi di kawasan Asia Pasifik, di antaranya  pembelian Starwood oleh Marriot dan akuisisi grup Hotel Fairmont oleh Accor.

Menurutnya, konsolidasi antara sejumlah brand hotel tahun ini pun masih akan berlanjut. Pertumbuhan pasar yang tinggi mendorong strategi konsolidasi antara brand hotel untuk meningkatkan pertumbuhan dan memenangi persaingan.

“Di tengah persaingan dunia properti dan keterbatasan untuk menghadirkan pasokan baru, cara terbaik sering kali adalah dengan mengakuisisi operator dengan manajemen strategis atau kontrak waralaba,” katanya.

Sepanjang tahun lalu, Jepang menjadi negara dengan volume transaksi terbesar di wilayah Asia Pasifik. JLL memproyeksikan bahwa tren tersebut masih akan berlanjut sepanjang tahun ini. Minat investor asing, terutama dari China, terpantau sangat tinggi terhadap prospek investasi hotel di Jepang.

JLL meyakini ada kemungkinan terjadi peningkatan permintaan dari investor China untuk membeli hotel sekunder di pasar Jepang sepanjang 2016. Investasi hotel oleh investor China setiap tahun kini mencapai sekitar US$1 miliar. Nilai ini diperkirakan masih akan berlanjut tahun ini, bahkan bisa meningkat.

Selain Jepang, pasar di Australia juga diyakini cukup kompetitif, sedangkan pasar Hong Kong dan Singapura diproyeksikan akan kurang aktif dibandingkan tahun lalu.

CEO JLL Hotels & Hospitality Australia Craig Collins mengungkapkan, minat terhadap hotel di Australia bertumbuh cukup tinggi tahun lalu dan diharapkan akan berlanjut tahun ini. Transaksi aset-aset utama di Australia 2 tahun terakhir menunjukkan minat yang masih tinggi terhadap penawaran-penawaran utama di pasar inti Australia.

TUMBUH 15%

Di sisi lain, data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan, realisasi penanaman modal asing di Indonesia tahun lalu di sektor hotel dan restoran mencapai US$650,19 juta atau sekitar Rp8,8 triliun.

Sementara itu, penanaman modal domestik di sektor yang sama mencapai Rp3,9 triliun. Meski tidak mengungkapkan pertumbuhan spesifik investasi di sektor hotel, BKPM  melansir pertumbuhan rata-rata realisasi investasi tahun lalu mencapai 15% untuk investasi domestik dan 19,2% untuk investasi asing dibandingkan 2014.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan hasil yang positif tersebut membawa optimisme bagi tren pertumbuhan investasi Indonesia. Untuk meningkatkan realisasi investasi tahun ini, pemerintah siap dengan berbagai terobosan kebijakan yang akan dirilis secara bertahap.

Pertengahan tahun lalu, Franky mengungkapkan pihaknya siap mengundang developer asing untuk mendiskusikan rencana pengembangan selama lima tahun ke depan di Indonesia.

Potensi pasar dan jumlah tenaga kerja produktif yang tinggi di Indonesia menjadi faktor utama yang akan mampu menjamin investor terus menanamkan modal. Adapun tiga negara yang gencar berinvestasi di sektor properti secara umum di Indonesia yakni Singapura, Jepang dan China.

Konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia mengungkapkan, industri perhotelan di Indonesia masih cukup potensial meskipun permintaan relatif menurun tahun lalu akibat perlambatan ekonomi. Hal ini terlihat dari keputusan para pengembang jaringan hotel untuk tetap membangun hotel baru.

Untuk Indonesia, Jakarta masih menjadi kota nomor satu kiblat investasi properti, termasuk perhotelan. Sepanjang 2016, Cushman & Wake field memproyeksikan akan ada penambahan pasokan 3.300 kamar hotel baru di Jakarta.

Dengan penambahan tersebut, pasokan hotel bintang 3 hingga bintang 5 di Jakarta akan mencapai 34.900 kamar pada akhir 2016.

Adanya permintaan aktivitas MICE (meeting, incentive, convention and exhibition) skala kecil dan menengah mendorong para operator untuk mempertimbangkan pengembangan hotel bintang 3 dan bintang 4.

Pada 2016, hotel bintang 4 diperkirakan mendominasi pasar sebesar 38% dari total pasokan.

Tingkat hunian untuk hotel bin-tang 3, 4, dan 5 pada akhir 2016 masing-masing diprediksi mencapai 60,2%, 60,3% dan 63,3%. Harga kamar diperkirakan tetap tumbuh 8%—10% walaupun akan ada banyak pasokan yang masuk pada tahun ini.

Sebelumnya, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menilai, sepanjang 2015 hingga 2016, industri perhotelan di Indonesia mengalami kelebihan pasokan karena pertumbuhan industri tidak diikuti dengan pertumbuhan permintaan.

Ketua Umum PHRI Hariyadi B. Sukamdani menga-takan, saat ini jumlah kamar hotel di Indonesia mencapai 270.500 unit dan akan bertambah 58.000 unit pada tahun depan.

“Jumlah kamar hotel kita terbesar di Asean dan mengalami oversupply.Hal ini dapat dilihat dari wisatawan asing yang masuk sepanjang tahun lalu hanya sekitar sembilan juta. Bandingkan dengan Thailand dan Malaysia yang hanya memiliki sekitar 200.000 kamar dengan rata-rata 25 juta pengunjung wisata,” katanya. (Bisnis, 6 Jan.)

Menurut Hariyadi, yang menjadi masalah utama yakni kriteria investor Indonesia yang latah dengan terus ikut-ikutan membangun hotel tanpa melihat keadaan yang sebenarnya. (Ipak Ayu H.N.)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper