Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ATASI DISPARITAS HARGA: Pemerintah Perlu Ubah Struktur Distribusi Pangan

Pemerintah dinilai perlu mengubah distribusi bahan pangan yang sensitif dengan memisahkan fungsi perdagangan dan logistik
Ilustrasi./.
Ilustrasi./.

Bisnis.com- Pemerintah dinilai perlu mengubah distribusi bahan pangan yang sensitif dengan memisahkan fungsi perdagangan dan logistik.

Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita mengatakan pemisahan fungsi itu dapat memastikan ketersediaan barang dan trader tidak bisa memainkan harga.

Beberapa komoditi pangan penting dikuasai oleh distributor yang melakukan jual beli sekaligus mengawasi stok dan inventaris. Dia menyatakan distributor berfungsi pada tahap jual beli, sementara logistik dikendalikan oleh perusahaan logistik pihak ketiga penyedia (3PL).

Dia meyakini hal itu menjadikan pihak produsen dapat mengawasi langsung ketersediaan barang di daerah dan tidak tergantung pada distributor.

Menurutnya, rantai pasok untuk bahan pangan di Indonesia masih belum efektif karena terlalu panjang sehingga mengakibatkan disparitas harga yang cukup tinggi dari produsen sampai ke konsumen.

"Dengan kondisi seperti itu maka banyak pedagang yang memanfaatkan kondisi untuk mengambil keuntungan sesaat dengan menahan stok sehingga harga naik," katanya, di Jakarta, Selasa (2/2/2016).

Dia mencermati bahan pangan untuk sampai ke tangan konsumen setidaknya harus melewati 4-5 rantai, terlebih yang berada di daerah. Pada aturan Kementerian Perdagangan, dia menuturkan rantai pasok distribusi minimal melewati tiga tahap mulai dari importir atau produsen, distributor, dan retail.

Dia mengatakan harga pangan bakal lebih murah jika importir atau produsen bisa menjual langsung ke konsumen tanpa melewati wilayah distributor.

"Jadi secara tidak langsung aturan dari Kemendag yang mengharuskan ada tiga perusahaan berbeda mulai dari importir/produsen, distributor dan retailer yang membuat rantai pasok kita menjadi panjang. Tiap rantai pasti mengambil margin dan mempunyai inventory," jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper