Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Sepatu Jatim Terancam Kehilangan Pasar AS

Produsen sepatu Jawa Timur terancam kehilangan pangsa pasar setelah Amerika Serikat membebaskan tarif impor sepatu asal Vietnam.
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD

Bisnis.com, SURABAYA -- Produsen sepatu Jawa Timur terancam kehilangan pangsa pasar setelah Amerika Serikat membebaskan tarif impor sepatu asal Vietnam.

Ancaman itu kian meruncing setelah Eropa Timur membuka lebar investasi, termasuk untuk industri sepatu, yang berpotensi menyaingi produk Indonesia di Eropa Barat.

Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim Winyoto Gunawan mengatakan kondisi eksternal itu membayangi ekspor sepatu Jatim setelah tahun ini tergerus nyaris 10%.

"Kalau tidak ada lobi pemerintah untuk mendapatkan perlakuan dagang yang sama, ekspor sepatu Jatim tahun ini bisa turun lebih tajam," kata Winyoto saat dihubungi, Kamis (28/1).

Sejak 2015, Negeri Paman Sam menerapkan bea masuk 0% bagi sepatu asal Negeri Paman Ho. Sementara itu, tarif impor sepatu asal Indonesia 4,9%.

Pada saat yang sama, produsen berbondong-bondong ke Eropa Timur setelah kawasan itu membuka pintu lebar-lebar bagi investasi asing dengan 'insentif' upah tenaga kerja yang lebih murah dari Indonesia, yakni sekitar 100-140 euro per bulan atau di bawah Rp2 juta.

Investasi industri sepatu di Eropa Timur membuat produsen di Jatim harus bersaing ketat ketika akan masuk ke Eropa Barat.

"Eropa Barat tentu akan memilih produk dari Eropa Timur yang pengirimannya hanya tiga hari ketimbang dari Indonesia yang pengapalannya bisa sebulan," ungkap Winyoto.

Peran AS dan Eropa cukup besar terhadap ekspor sepatu Jatim, yakni sekitar 90%. Pengapalan sepatu Jatim tahun lalu turun 9,8% (year on year) ke posisi US$523,9 juta, bertolak belakang dengan performa ekspor sepatu nasional yang tumbuh 9,7% menjadi US$4,5 miliar.

Jatim merupakan sentra produksi sepatu kulit di Tanah Air dengan produsen tersebar a.l. di Sidoarjo, Mojokerto, Magetan.

Produsen di Jatim tidak bisa memanfaatkan peluang investasi di Eropa Timur karena mereka tengah berhadapan dengan masalah di dalam negeri, yakni upah tenaga kerja yang terus naik setiap tahun.

Sebanyak 25 perusahaan sepatu di provinsi itu tengah menunggu keputusan Gubernur Soekarwo tentang penangguhan upah minimum kabupaten/kota yang diajukan sejak Desember 2015.

"Kami mendapat kabar tanggal 29 (29 Januari) akan ada keputusan," ungkap Winyoto.

Sejumlah produsen sepatu yang tidak tahan dengan kenaikan upah sejak tahun lalu memilih eksodus dari ring I ke ring II.

Aprisindo mencatat 10 dari 54 anggotanya merelokasi pabrik dari Sidoarjo, Gresik, Surabaya, dan Pasuruan, ke Nganjuk, Ngawi, dan Madiun. Mereka umumnya memiliki karyawan 1.000-3.000 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper