Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin: Industri Butuh Peta Jalan Komponen Pesawat Terbang

Kementerian Perindustrian meminta agar peta jalan industri komponen pesawat terbang segera dibuat agar pengembangan industri lebih terarah.
Pesawat N219. /fikushonblog.blogspot.com
Pesawat N219. /fikushonblog.blogspot.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian menyatakan peta jalan industri komponen pesawat terbang segera dibuat agar pengembangan industri lebih terarah.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan bahwa untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri, industri perlu memikirkan fokus produk yang akan dikembangkan dan sesuai dengan kemampuan pelaku industri saat ini.

“Kalau sebelumnya masih semi knocked down, coba pikirkan lagi komponen apa yang bisa dibuat di sini, sehingga konten lokalnya tinggi. Tidak usah muluk-muluk, yang penting ada peta jalan komponen apa yang harus dikuasai dalam 5, 10 atau 15 tahun ke depan,” ujarnya, Senin (25/1/2016).

Ketua Indonesia Aircraft and Component Manufacturer Association (Inacom) Andi Alisjahbana mengatakan bahwa saat ini pihaknya tidak hanya berfokus pada pengembangan komponen untuk pesawat N219 yang merupakan fokus industri kedirgantaraan nasional, tapi juga mengembangkan komponen lain untuk kebutuhan pesawat terbang komersial.

“Memang ada program nasional, N219. Beberapa anggota Inacom ada yang khusus membangun komponen untuk N219. Tapi industri kedirgantaraan Indonesia kan luas sekali, terutama transportasi,” katanya.

Dia menjelaskan bahwa untuk pesawat terbang komersial yang umumnya buatan luar negeri juga memerlukan pemeliharaan dan membutuhkan komponen. Sebagai contoh, interior pesawat memerlukan pembaruan interior setidaknya tiga tahun sekali.

 “Tahapannya masih banyak. Saat ini N219 belum mendapatkan sertifikasi. Kalau berhasil, nanti 2017 saya sebutkan [komponen lokal apa saja yang digunakan]. Karena kalau tidak berhasil terpaksa kita harus impor,” paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Shahnaz Yusuf
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper