Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom PT BCA Tbk. David Sumual menyatakan indikator kondisi domestik sudah menunjukkan perbaikan seperti inflasi dan defisit transaksi berjalan yang diprediksi sekitar 2,5%-3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Namun, kondisi eksternal sulit dikontrol terutama yang terjadi di China. Dana yang keluar dari Negeri Panda itu tercatat sudah mencapai US$1,5 triliun dalam 18 bulan terakhir.
“Eksternalnya yang sulit kita kontrol karena terutama yang terjadi di China. Di satu sisi, Amerika Serikat mulai menaikkan suku bunga pada Desember lalu. Ini mempengaruhi likuiditas global,” katanya, Jumat, (22/1/2016).
Cadangan devisa China yang jatuh sebesar US$107,9 miliar menjadi US$3,33 triliun pada bulan lalu juga mempengaruhi likuiditas global. Dia berpendapat pemerintah perlu menaikkan cadangan devisa walau sudah tercatat meningkat pada Desember 2015.
“Tinggal likuiditas tergantung kita juga gimana mempercepat harapannya bisa ada sentimen positif dari revisi APBN. Penerimaan akan direvisi, belanja jadi lebih fokus, tax amnesty juga pengaruhi likuiditas,” jelasnya.
Seperti diketahui, Cadangan devisa Indonesia itu meningkat US$5,7 miliar atau Rp79,23 triliun (kurs Rp13.900 per dolar AS) dari posisi akhir November 2015 sebesar US$100,2 miliar. Bank Indonesia menjamin cadangan devisa Desember 2015 sebesar US$105,9 miliar itu mampu mencukupi kebutuhan kewajiban pembayaran utang dan kewajiban bayar impor.