Bisnis.com, JAKARTA--Transfer teknologi dalam menghasilkan bahan baku farmasi menjadi strategi investasi utama bagi industri yang akan memulai roadmap industri hulu farmasi 2015-2025 untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Direktur Pengembangan Bisnis PT Kalbe Farma Sie Djohan menekankan transfer teknologi sebagai cara paling feasible untuk memulai langkah investasi dalam mewujudkan swafarmasi ini.
Transfer teknologi ini termasuk membuka investasi bagi asing dan domestik dengan pihak-pihak baik yang menguasai secara teknologi maupun pasarnya.
"Jangan gantungkan pada riset. Riset memang tetap harus dilakukan. Tapi tahapan pertama adalah transfer teknologi. Kemudian manufacturing kita harus bisa manufacturing up to Asean," ujarnya saat diskusi tentang Kemandirian Indonesia dalam Penyediaan Bahan Baku Obat, pada Jumat (22/1).
Saat ini basis industri farmasi bidang bioteknologi masih dipegang oleh Singapura. Padahal pasar di Indonesia lebih besar, yaitu 40%.
Maka strategi lain yang harus dilakukan adalah menjadikan Indonesia sebagai manufacturing base industri hulu farmasi yang bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mendistribusikannya paling tidak sampai Asean.
Saat ini, industri bahan baku obat akan diperkuat dengan 4 pilar produk, yaitu biofarmasi, vaksin, natural, dan kimia. Ia memprediksikan bahwa 50%-60% akan didukung dari produk-produk selain kimia.
Maura Linda Sitanggang, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengungkapkan bahwa industri hulu farmasi akan membuka 100% untuk investasi asing di sektor hulu.
Investasi tanpa transfer teknologi itu bukan yang kita inginkan. Sehingga bisa menghasilkan produk-produk baru yang inovatif, katanya pada Bisnis pada Rabu, (13/1).
2035 ditargetkan menjadi tahun di mana industri bahan baku obat menjadi industri andalan dan masuk ke 15 besar dunia dengan nilai pasar Rp700 triliun.