Bisnis.com, JAKARTA--Bank Indonesia mencatatkan defisit transaksi berjalan pada neraca perdagangan di kisaran US$17,5 miliar atau Rp243,25 triliun (kurs Rp13.900 per dolar AS) sepanjang 2015.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan komponen terbesar masih berasal dari transaksi jasa dan pendapatan yang memberikan kontribusi minus US$31 miliar atau lebih baik dari tahun lalu yang defisit mencapai US$34 miliar.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan hingga November mengalami defisit US$0,35 miliar.
"Jumlah secara total current account kan minus US$17 miliar ini adalah perbaikan dari tahun lalu yang mencapai minus US$27 miliar," ucapnya, di Jakarta, Senin (11/1/2015).
Dia menuturkan pada kuartal kedua dan kuartal ketiga terjadi penurunan surplus transaksi modal finansial, sehingga tidak bisa menutupi defisit transaksi berjalan di neraca perdagangan.
"Tapi di kuartal keempat kita akan melihat itu positif karena dibantu oleh pinjaman dari pemerintah kareba ada global bonds," katanya.
Sementara itu, Ekonom Bank DBS Gundy Cahyadi menilai defisit transaksi berjalan pada neraca perdagangan akan melebar hingga 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di 2016 yang didorong oleh pemulihan kondisi ekonomi.
"Tapi kita tahu bahwa peningkatan didorong oleh kemerosotan permintaan impor daripada melambungnya pertumbuhan ekspor," katanya.
Menurutnya, pertumbuhan ekspor tidak akan bergairah karena kombinasi dari permintaan global yang kurang baik dan ketiadaan dorongan untuk bersaing.