Bisnis.com, JAKARTA—Kendati tetap memperluas sayap bisnis pada tahun ini, para pelaku usaha ritel di Tanah Air memilih untuk tidak langsung tancap gas. Ekspansi tetap dilakukan, tetapi tidak bakal seagresif tahun-tahun sebelumnya.
Kondisi ekonomi di Tanah Air pada tahun lalu, yang masih berimbas pada penurunan daya beli, membuat para peritel cenderung menahan diri dalam berekspansi.
Sekretaris Perusahaan PT Ace Hardware Tbk. Helen Tanzil mengatakan pihaknya telah menargetkan pembukaan gerai sebanyak 8 unit sepanjang tahun ini. Namun, peluang menambah gerai dari jumlah yang ditargetkan tetap terbuka lebar bila perekonomian bisa pulih dengan cepat.
“Tahun ini, kami tetap fokus pada pertumbuhan organik, yaitu pem bukaan delapan gerai. Akan tetapi, kami fleksibel kalau perekonomian bisa membaik dengan cepat, kami bisa menyesuaikan. Untuk tahun lalu, memang kami kurangi gerai yang dibuka karena kondisi perekonomian yang relatif lemah,” katanya kepada Bisnis, Senin (4/1/2016).
Peluang penambahan gerai, menurut dia, juga sangat terbuka lebar mengingat perusahaan belum sepenuhnya tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Padahal, potensi di daerah-daerah lain masih sangat besar.
Saat ini, gerai Ace Hardware baru tersebar di 34 kota di seluruh In donesia. ““Jadi, masih banyak kota yang belum memiliki gerai Ace. Peluang untuk berekspansi di daerah lain masih terbuka lebar,” tuturnya.
Sejalan dengan penambahan gerai itu, Ace Hardware juga mengincar pertumbuhan omzet penjualan menjadi Rp5,1 triliun. Angka tersebut tumbuh 5% dibandingkan dengan realisasi pada tahun lalu.
Helen menambahkan untuk membuka 8 gerai ini, perusahaan menggelontorkan dana sekitar Rp300 miliar. Perusahaan ritel lainnya, PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAP) juga cenderung menahan ekspansi tahun ini.
Fetty Kwartati, Sekretaris Perusahaan MAP, mengungkapkan perseroan berencana membuka 200 gerai dengan total luas 50.000 m2 . Untuk tujuan tersebut, perseroan menyiapkan investasi Rp550 miliar. Hingga November 2015, total gerai yang sudah dibuka perseroan mencapai 1.915 unit.
“Ekspansi tahun ini hampir mirip dengan tahun lalu yang total luasnya sebesar 50.000 m 2 . Akan tetapi, total gerai tahun lalu tercatat lebih dari 200 unit, berbeda dengan sekarang yang hanya sekitar 200 unit saja.”
Fetty menargetkan penambahan gerai tersebut dapat menyokong pencapaian omzet MAP pada tahun ini, yang dipatok meningkat 12%-13%. “Ekspektasi kami, ekonomi nasional akan membaik di semester II/2015. Pada saat itu, diharapkan kon disi ekonomi sudah pulih sehingga purchasing power akan meningkat,” kata dia.
Sepanjang tahun lalu, MAP menargetkan pertumbuhan omzet pada kisaran 12%-13%. Namun, sampai kuartal III/2015, MAP ha nya mencatat pertumbuhan penjualan 9% (year on year) menjadi sekitar Rp9,4 tri liun. Dengan melihat capaian itu, MAP pun hanya membidik pertumbuhan omzet single digit sampai akhir 2015.
KONDISI MAKRO
Tutum Rahanta, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), mengatakan pembukaan gerai ritel sangat bergantung pada kondisi ekonomi makro tahun ini.
Tahun lalu, pelaku usaha tidak bisa banyak bergerak karena menanti stabilnya kondisi politik dan ekonomi. Apalagi, pada saat yang sama, faktor eksternal seperti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar, juga belum begitu mendukung.
“Tahun ini, ada harapan ekonomi akan membaik. Tentu ini akan memengaruhi ekspansi ritel sepanjang tahun ini,” kata Tutum kepada Bisnis.
Dia memperkirakan pertumbuh an gerai ritel pada tahun ini mencapai 10%, dengan kontributor terbesar adalah minimarket. Biaya operasional yang lebih murah dan pemilihan lokasi yang lebih mudah ikut memengaruhi ekspansi minimarket di Tanah Air.
“Contohnya Indomaret, yang dalam setahun bisa membuka gerai hingga 3.000 unit,” ujar Tutum. Kondisi berbeda dialami oleh sektor hypermart, yang per tumbuhan dalam setahun tidak lebih dari 100 unit. ()