Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BANK INDONESIA: Pengusaha Optimistis Dengan Ekonomi Indonesia

Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V Jawa Tengah-DIY menyatakan pengusaha optimistis dengan kondisi ekonomi Indonesia.
Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V Jawa Tengah-DIY menyatakan pengusaha optimistis dengan kondisi ekonomi Indonesia./JIBI
Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V Jawa Tengah-DIY menyatakan pengusaha optimistis dengan kondisi ekonomi Indonesia./JIBI

Bisnis.com, SEMARANG -- Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Wilayah V Jawa Tengah-DIY menyatakan pengusaha optimistis dengan kondisi ekonomi Indonesia.

"Beberapa waktu lalu ketika terjadi kenaikan suku bunga acuan the Fed sebesar 25 basis poin atau 0,25%, nilai tukar kita berada di level Rp14.040-14.060, tetapi setelah itu justru turun menjadi di bawah level Rp14.000," kata Kepala BI Kanwil V Jateng-DIY Iskandar Simorangkir di Semarang, Senin (28/12/2015).

Menurut dia, dengan tidak terjadinya lonjakan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), artinya masyarakat khususnya pengusaha tidak khawatir dengan adanya kenaikan suku bunga acuan the Fed tersebut.

"Masyarakat masih percaya diri dengan kondisi ekonomi kita, laju inflasi yang rendah, pertumbuhan ekonomi yang sering saya kemukakan kepada teman-teman nomor 5 tertinggi di dunia, pengusaha optimistis bahwa kondisi ekonomi kita lebih baik," katanya.

Faktor kedua yang menjadi faktor rendahnya fluktuasi nilai tukar adalah pelaku usaha sudah memperhitungkan adanya kenaikan suku bunga oleh the Fed tersebut.

"Ini yang mengakibatkan kenapa ekonomi kita menguat. Dengan mereka memperhitungkan adanya kenaikan tersebut, mereka tidak lagi kaget ketika kenaikan suku bunga acuan benar-benar terjadi," katanya.

Menurut dia, hampir seluruh perusahaan salah satunya perbankan dan pelaku pasar sudah memperhitungkan adanya kenaikan suku bunga acuan oleh the Fed tersebut ke dalam potofolio mereka.

Sementara itu, terkait dengan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia, Iskandar mengatakan memang terkesan tidak bijaksana ketika inflasi rendah dan pertumbuhan ekonomi baik tidak diiringi dengan penurunan suku bunga acuan.

Meski demikian, tidak dapat dipungkiri hingga saat ini keberadaan dana asing di Indonesia masih cukup tinggi. Oleh karena itu, jika suku bunga acuan BI diturunkan justru akan memunculkan pelarian modal ke luar negeri.

"Jadi langkah yang tepat adalah mempertahankan dulu suku bunga acuan di level 7,5 persen," katanya.

Menurut dia, ke depan akan dilihat dari sisi inflasi dan nilai tukar mata uang. Jika pergerakan dua hal ini stabil maka BI akan segera menurunkan suku bunga acuan.

"Paling tidak dilihat dulu datanya, kalau inflasi stabil dan nilai tukar juga stabil bahkan cenderung menguat maka tepat untuk menurunkan BI rate," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper