Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) akan terus mengawasi gejolak global terutama kondisi politik yang memanas di Timur Tengah hingga inflasi pangan domestik untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga baik sepanjang semester II/2024.
Manajer Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Farisan Aufar menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh faktor domestik dan global. Menurutnya, faktor global lebih sulit dikendalikan daripada domestik karena Indonesia tidak punya pengaruh yang cukup.
Kendati demikian, Farisan mengaku BI punya langkah-langkah antisipasi agar risiko rambatan gejolak global bisa diminimalisir masuk ke perekonomian domestik. Dia tidak menjelaskan secara detail ihwal langkah antisipasi yang dimaksud selain pengendalian nilai tukar rupiah.
"Jadi misalnya ada perang kemarin Rusia-Ukraina, kemudian ada juga sekarang tensi geopolitik di Timur Tengah. Nah, itu juga tidak bisa serta merta menjadi lebih buruk [perekonomian domestik]," kata Farisan seperti yang disiarkan kanal YouTube Bank Indonesia, Minggu (29/9/2024).
Di samping faktor global, BI juga akan menjaga inflasi domestik agar tidak menggangu pertumbuhan ekonomi. Farisan menjelaskan bahwa inflasi dibagi menjadi tiga komponen, yaitu inflasi inti, inflasi pangan, dan inflasi yang diatur pemerintah alias administered price.
Menurut Farisan, dari tiga komponen tersebut yang kerap menjadi kendala adalah inflasi pangan. Dia berpendapat inflasi pangan sulit dikendalikan karena berkaitan dengan cuaca atau kondisi lain yang sebabkan para petani gagal panen.
Baca Juga
"Oleh karenanya, Bank Indonesia bersinergi dengan pemerintah punya namanya Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Indonesia atau GNPIP. Nah, itu ditujukan untuk menjaga stabilitas harga terutama komoditas pangan tetap terjaga sehingga total keseluruhan dari inflasi itu terkendali," ujarnya.
Farisan pun optimistis perekonomian tetap akan tumbuh dengan baik ke depannya. Apalagi, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi masih di angka 5,08% pada semester I/2024 meski di tengah gejolak global.
Dia memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi akan tetap bisa mencapai di atas 5% hingga akhir tahun ini terutama didukung fundamental ekonomi seperti inflasi yang terjaga stabil. Untuk itu, dia menegaskan bahwa BI akan menjaga inflasi dengan terus melakukan operasi moneter.
Di samping itu, Farisan juga mengatakan bahwa masyarakat juga bisa turut membantu agar target pertumbuhan ekonomi di atas 5% bisa tercapai. Salah satu cara, sambungnya, dengan banyak belanja.
"Karena pertumbuhan ekonomi Indonesia itu di-drive [didorong] konsumsi rumah tangga. Jadi kami harap teman-teman lebih banyak spending [belanja] karena spending is helping [belanja membantu] di ekonomi," ujar Farisan.