Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APHI: Tahun Depan, Industri Kertas Krisis Bahan Baku

Pemangku kepentingan pada industri pulp dan kertas memastikan pasokan bahan baku pada tahun depan akan turun 48% akibat sanksi pembekuan izin yang diberikan kepada perusahaan yang lahannya terbakar.
Industri kertas.
Industri kertas.

Bisnis.com, JAKARTA—Pemangku kepentingan pada industri pulp dan kertas memastikan pasokan bahan baku pada tahun depan akan turun 48% akibat sanksi pembekuan izin yang diberikan kepada perusahaan yang lahannya terbakar.

Purwadi Soeprihanto, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), mengatakan dari total lahan seluas 901. 189 hektare yang izinnya dibekukan pemerintah, 550.000 ha di antaranya pemasok reguler bahan baku industri pulp.

“Akibat dari pembekuan izin ini, perusahaan tidak boleh melakukan kegiatan operasional, tidak hanya pada lahan yang terbakar, tetapi pada seluruh lahan yang dimiliki. Luas lahan ini setara dengan 13,8 juta meter kubik atau setara 3 juta ton bahan baku,” tuturnya, Rabu (22/12/2015).

Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah harus berhati-hati menerapkan sanksi pembekuan izin dengan larangan penghentian seluruh operasi, tidak hanya pada areal terbakar, tetapi juga seluruh lahan yang dimiliki oleh perusahaan. Pasalnya, kebijakan ini akan berdampak besar pada industri pulp.

Pranata, Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian, mengatakan dengan turunnya pasokan bahan baku industri pulp pada tahun depan, perkiraan pertumbuhan 3%-4% pada 2016 sulit tercapai.

“Jumlah industri pulp dan kertas nasional saat ini sebanyak 81 unit, realisasi produksi pulp mencapai 6,4 juta ton dan kertas10,4 juta ton. Awalnya perkiraan kami tahun depan tumbuh positif karena PT OKI Pulp & Paper Mills akan berproduksi pada pertengahan 2016,” tuturnya.

Menurutnya, PT OKI Pulp & Paper Mills akan memproduksi 2 juta ton pulp dan 600.000 ton kertas tisu. Kemenperin perusahaan dapat memulai produksi pada tahun depan, mengingat seluruh pemasok bahan baku di Sumatra Selatan dikenai sanksi pembekuan izin tanpa batas waktu yang ditentukan.

Saat ini, lanjutnya, dengan kapasitas mesin pulp terpasang sebesar 7,9 juta ton per tahun, Indonesia menempati peringkat sembilan terbesar di dunia. Adapun dengan kapasitas mesin kertas terpasang sebesar 12,9 juta ton per tahun, Indonesia menempati peringkat ke enam dunia.

Pada tahun lalu, lanjutnya, nilai ekspor pulp Indonesia mencapai 3,5 juta ton senilai US$1,72 miliar, sementara kertas mencapai 4,37 juta ton senilai US$3,74 miliar. Tahun ini, hingga September ekspor industri pulp baru mencapai 2,58 juta ton setara dengan US$1,31 miliar.

Adapun ekspor produk kertas hingga September telah mencapai 3,24 juta ton setara dengan US$2,71 miliar. Setelah mengalami pertumbuhan minus pada kuartal I dan II, pada kuartal III pertumbuhan industri pulp dan kertas telah positif 0,81%.

Sepanjang kuartal I dan II tahun ini, sejumlah industri pulp dan kertas menghentikan produksi akibat perlemahan nilai tukar yang sangat dalam, dari sebelumnya sekitar Rp10.000 per dolar Amerika Serikat, menjadi Rp14.000.

Padahal, biaya bahan baku pada struktur produksi industri kertas memakan porsi hingga 60%. Pada periode ini biaya produksi industri pulp dan kertas mengalami kenaikan lebih dari 20%. Sementara margin penjualan kertas hanya 10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper