Bisnis.com, JAKARTA--PT Pertamina (Persero) menargetkan produksi minyak dan gas bumi sebesar 104.000 barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd) dari blok-blok di luar negeri pada 2016.
Presiden Direktur PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) Slamet Riyadi mengatakan perseroan menargetkan produksi migas sebesar 104.000 boepd pada tahun depan. Selanjutnya, perusahaan pelat merah itu membidik tingkat produksi hingga 600.000 boepd pada 2025.
Produksi tersebut didapatkan dari tiga anak perusahaan PIEP yang berlokasi di tiga negara yaitu PT Pertamina Irak Eksplorasi Produksi (PIREP), PT Pertamina Malaysia Eksplorasi Produksi (PMEP), dan Conocco Phillips Algeria Limited (COPAL). COPAL diakuisisi Pertamina pada November 2013.
Target itu naik 10,6% dari target tahun ini yang dipatok 94.000 boepd. Namun target tersebut turun dari realisasi produksi sepanjang tahun ini yang mencapai rata-rata 113.400 boepd. Dari total tersebut, sebanyak 80.000 barel per hari (bph) berupa minyak bumi.
“Sampai akhir tahun mudah-mudahan bisa jaga ini,” katanya dalam Workshop Media di Jakarta, Selasa (22/12/2015).
Dia menjelaskan target tahun depan lebih rendah dari realisasi tahun ini karena terdapat penurunan alamiah lapangan migas sebanyak 15%. Produksi tahun ini bisa melampaui target karena PIEP berhasil melakukan injeksi pada sumur minyak di Irak. “Tahun depan akan diinjeksi lagi, tapi belum tentu berhasil,” tambahnya.
Produksi migas PIEP pada awal tahun masih di bawah 100.000 boepd. Namun produksi mulai menanjak dengan rata-rata 120.000 boepd pada akhir tahun. Produksi sempat turun karena adanya perbaikan fasilitas pemerintah di blok yang berlokasi di Irak sehingga harus dimatikan (planned shutdown).
PIREP memiliki 10% saham Lapangan West Qurna I di Irak. Kontrak menggunakan sistem kontrak jasa. Produksi blok tersebut mencapai 450.000 barel per hari. PIREP mendapatkan jatah 10% atau setara dengan 45.000 bph. Produksi blok itu bakal naik hingga 1,6 juta bph pada 2022.
Cadangan West Qurna I terbilang tinggi yakni 16 billion barrel oil (bbo). “Empat sampai lima kali cadangan Indonesia,” ungkapnya.
Adapun COPAL yang beroperasi di Aljazair menguasai 65% Lapangan MLN dan menjadi operator di Blok tersebut. Lalu, di Blok EMK 16,9% dan Ourhud 3,73%. Kepemilikan saham closing pada 27 November 2013.
Produksi blok di Aljazair saat ini mencapai 15.500 bph. Tingkat produksi diharapkan naik hingga menembus 29.000 bph pada 2019. COPAL telah mengantongi persetujuan reserve development plan (RDP) dari Kementerian Energi Aljazair melalui ALNAFT dan Sonatrach. Pada 2016, Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI) akan mengirimkan rig ke Aljazair untuk mengebor 20 sumur dan 16 sumur workover.
Sementara itu, PMEP mengelola Blok di Malaysia dengan tipe kontrak bagi hasil. PMEP beroperasi di Malaysia dengan mengakuisisi saham Murphy Oil Group yang diselesaikan pada 8 Desember 2014 untuk tahap pertama dan 29 Januari 2015 untuk tahap kedua. PMEP memiliki saham 24% di Blok K dan Blok H, sebanyak 18% di Blok P. Sementara SK-309, SK-311, dan SK-314 A masing-masing sebesar 25,5%.
“Produksi di Malaysia yang dibawa ke Indonesia hanya lifting minyak,” tuturnya. Lifting minyak PIEP diserahkan kepada Integrated Supply Chain (ISC). Menurutnya, PT Pertamina (Persero) yang memutuskan peruntukan minyak tersebut.