Bisnis.com, SEMARANG - Pertumbuhan kebutuhan listrik di Jawa Tengah sepanjang 2015 meleset dari target seiring dengan lesunya perekonomian.
Manajer Distribusi PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Andreas Heru Sumaryanto mengatakan pertumbuhan kebutuhan listrik wilayahnya hanya sekitar 3%-4%.
Padahal, semula perusahaan pelat merah itu memproyeksikan pertumbuhan kebutuhan listrik di Jateng dan sekitarnya mencapai 10% selama 2015. “Tahun ini cukup sulit dari global, tetapi [Jateng] masih positif, daerah lain malah minus,” kata Heru pekan lalu.
Dia mengatakan, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta diprediksi mencatatkan pertumbuhan negatif tahun ini sementara Bali masih membukukan pertumbuhan kebutuhan listrik yang cukup tinggi, yakni sekitar 11%.
Menurutnya, salah satu faktor utama yang menjaga pertumbuhan kebutuhan listrik regional positif adalah investor masih memandang Jateng sebagai wilayah yang kondusif. Heru menambahkan, pertumbuhan kebutuhan listrik adalah salah satu indikator yang menunjukkan kondisi perekonomian.
Jateng dinilai sebagai wilayah yang tengah naik daun dan kian menarik bagi para investor. Terlebih, jika dilihat dari segi nilai upah minimum kabupaten/kota (UMK), Jateng mematok UMK yang jauh lebih rendah dibandingkan daerah destinasi investasi lainnya, seperti DKI dan Jabar.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menuturkan salah satu daya tarik utama Jateng adalah ketersediaan listrik yang cukup memadai. Sejumlah pihak pun meyakini tahun depan, investasi bakal menjadi pemantik pertumbuhan perekonomian di Jateng.