Bisnis.com, JAKARTA -- Membangkitkan nuansa cerah penuh warna tetapi tetap nyaman di dalam hunian dapat dilakukan dengan menerapkan konsep interior tropis. Namun, apa jadinya jika konsep ini diberikan sentuhan romantis yang dikenal banyak bukan?
Tabrak konsep ini ternyata dilakukan dengan berani oleh Clorinda Leolina, mahasiswa desain interior Universitas Tarumanagara, Jakarta. Dia dan tim yang belum lama ini mengikuti Young Desain Award 2015, dengan mengangkat konsep interior bertema Tengaq Aiq , yang menonjolkan suasana tropis.
Nama Tengaq Aiq terinspirasi dari kawasan Gili Air di Lombok yang dikenal bersuasana teduh, asri, hangat, dan tenang. Suasana yang nyaman ini dipindahkan Clorinda dan tim ke dalam desain interiornya.
Dengan terampil mereka mengatur tata letak furnitur dan penataan cahaya. Konsep ini diaplikasikan dalam ruang tidur berukuran 4x5,5 meter. Konsep tropis digabungkan dengan konsep romantis dari pilihan perabotan.
Di dalam kamar tidur, dia menempatkan ranjang yang sengaja diletakkan tidak menyentuh satu sisi dinding. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan sirkulasi udara yang baik ke seluruh ruang.
Menurut Clorinda, konsep Tengaq Aiq idealnya dapat diterapkan pada ruangan berukuran 9x4 meter. Hal ini bermanfaat untuk menghindari kesan sempit pada ruangan. “Penempatan headboard ternyata tidak harus menempel ke tembok. Headboard tidak selalu harus ditutupi, tetapi justru bisa dimanfaatkan untuk meja kerja,” katanya.
Bagi Anda yang ingin mencoba konsep ini, disarankan untuk jeli menentukan satu sisi sebagai point of interest . Selain menggunakan artwork, Anda dapat menampilkan warna dan material yang mencolok pada dinding dan lantai.
Clorinda juga fokus pada dinding di belakang meja dan headboard sebagai point of interest dari ruangan tersebut. Di dinding lainnya, dia menempatkan artwork yang berupa cermin dengan sisi Matahari.
Selain itu, unsur simetris tampil bersebelahan dengan cermin yang menjadi fokus penglihatan. “Kami meletakkan perabot yang memiliki kembaran, sehingga ada unsur simetris dan seimbang. Jadi saat duduk langsung tahu itu point of interest-nya ada dimana,” jelasnya.
Seperti halnya konsep interior tropis, Clorinda menghadirkan banyak bukaan pada ruangan. Di dalamnya, dia menempatkan dua buah sofa dan bangku ranjang yang diletakkan tidak jauh dari ranjang. Semua ini untuk menggantikan fungsi teras sebagai ruang bersosialisasi antaranggota keluarga.
Sisi romantis Clorinda tampil melalui tata cahaya dan penggunaan kain yang menutup atap ranjang. Dengan kain ini, maka cahaya lampu tidak langsung menyorot tajam, tetapi memandar dengan suasana temaram nan romantis.
Kesan ini dipertajam dengan penggunaan warna gelap pada dinding dan lantai. Meski cenderung gelap, tetapi masih menampilkan unsur alam sesuai konsep tropis melalui material lantai kayu.
Pemilihan warna dan material ini menciptakan suasana yang lebih dekat, lebih hangat, dan dewasa. Konsep ini tepat untuk pasangan yang membutuhkan suasana tenang, tentram, damai, dan indah.
“Seperti resort, konsep ini cocok untuk pasangan yang ingin liburan atau bulan madu,” katanya.
Gaya Klasik pada Perangkat Kamar Mandi esain klasik seolah mewakili penghuninya yang bercita rasa tinggi. Sebab, aplikasi ini sangat dominan menciptakan kesan mewah. Pesonanya yang tetap lestari sepanjang masa menjadikan desain klasik tetap menempati hati penggemarnya.
Salah satu perusahaan yang memberikan perhatian khusus terhadap desain klasik pada perlengkapan kamar mandinya adalah Kohler Co.
Perusahaan peralatan dapur dan kamar mandi ini baru saja merilis salah satu brand premiumnya di Jakarta yakni Kallista Taper (Big Collection), yang didesain oleh arsitek papan atas dunia, Bjarke Ingels. CEO Kohler David Kohler menuturkan keunikan dari produk Kallista terdapat pada desainnya yang klasik dan penuh dengan detail, sehingga menciptakan kesan mewah.
Detail ini terlihat dari penggunaan batu permata, serpihan faset buatan tangan, serpihan emas 24 karat, dan kuningan tempaan. Serial dari produk ini juga dirancang oleh desainer ternama seperti Michael S Smith, Barbara Barry, Laura Kirar, dan Bill Mckeone.
David mengatakan desain klasik bukan berarti tradisional. Menurutnya, desain kontemporer memiliki penggemarnya sendiri, tetapi desain klasik juga memiliki penggemarnya. Kallista hadir menjadi jembatan antara penggemar kedua desain tersebut.
Management Cosultant Grup Magran sebagai distributor utama Kallista di Indonesia, Andry Mulyono menjelaskan desain klasik lebih menonjolkan pada detail. Maka tidak heran jika pada desain klasik didominasi oleh bentuk lengkungan maupun bentuk cross atau silang.
Berbeda dengan desain kontemporer yang terkesan kaku dan tegas. Detail tampil pada pegangan kran yang menggabungkan material marmer atau kristal pada sisi pegangannya. Detail ini membuat kran terlihat lebih mewah. “Kran tetap kran, tetapi Kallista menambahkan suatu detail membuat barang itu lebih luxury. Meng-insert beberapa handle dari material batu dan lainnya,” katanya.
TREN 2016
Andry memprediksikan, desain klasik pada perlengkapan kamar mandi masih menjadi tren di 2016. Menurutnya, semua ini terjadi karena kejenuhan pada desain minimalis modern yang cenderung kaku. Apalagi, desain klasik cenderung tidak mudah tergerus zaman. “Maka kenapa klasik kembali muncul, karena sifatnya abadi. Banyak hunian yang didesain begitu klasik,” tuturnya.
Pada desain kran karya Barbara Bery terinspirasi dari era 1920an. Begitu pula pada desain kran karya Michael S. Smith yang terinspirasi dari era 1930an. Hingga saat ini, desain tersebut masih dapat diterima pasar.
Untuk menampilkan kran sebagai point of view dalam kamar mandi, Andry menyarankan untuk memilih warna yang lebih menonjol dibandingkan warna di ruangan yang lain.
Dia melihat warna gelap dan tembaga akan menjadi favorit di tahun mendatang. Sebab, warna ini akan menonjol jika diaplikasikan pada interior kamar mandi. “Kamar mandi biasanya tidak seluas ruangan lain. Sehingga, biasanya arsitek menggunakan ini [warna gelap] sebagai vokal point dari sebuah ruang. Bisa cermin, bisa juga warna,” sarannya.