Bisnis.com, JAKARTA -- Singapura dan Amerika Serikat berminat berinvestasi di bidang industri bahan baku obat di Indonesia. Jika direalisasikan, penanaman modal itu akan mengurangi ketergantungan industri farmasi di Tanah Air terhadap impor.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, dirinya telah bertemu langsung dengan investor-investor asing yang menyampaikan minat investasi.
“Yang terakhir adalah minat investasi dari Singapura. Sebelumnya, dalam kunjungan bersama dengan Presiden di Amerika Serikat, perusahaan farmasi AS juga berminat untuk masuk ke sektor ini,” kata Franky dalam siaran pers, Rabu (9/12/2015).
BKPM, katanya,siap mendukung komitmen berbagai pihak untuk mendorong transformasi industri farmasi Indonesia dari yang hanya memproduksi obat menjadi riset pengembangan obat dan memproduksi bahan baku obat.
Dia optimistis hal tersebut dapat dilakukan jika merujuk data Gabungan Produsen Farmasi (GP Farmasi) yang menyebutkan proyeksi investasi di sektor farmasi Indonesia selama 2015-2025 mencapai Rp215 triliun yang mencakup 2 juta lapangan kerja.
“Minat investasi yang sudah disampaikan ke BKPM untuk sektor farmasi cukup banyak. Tinggal bagaimana seluruh stakeholder bersinergi kembangkan ekosistem usaha sektor farmasi,” ujarnya.
Langkah pengembangan investasi sektor farmasi lainnya adalah penyusunan panduan investasi sektor tersebut. BKPM menerima usulan untuk membuka batas kepemilikan asing lebih luas di bidang usaha industri bahan baku obat dan industri obat jadi dari saat ini maksimal 85% asing menjadi 100% asing.
“Pembahasan yang dilakukan dalam koridor apakah menahan 15% saham kepemilikan di pengusaha nasional dapat mendorong terjadi transfer teknologi, atau justru dengan membuka lebih lebar dapat mendorong minat perusahaan farmasi untuk mendirikan riset pengembangan obatnya di Indonesia,” tutur Franky.