Bisnis.com, JAKARTA—Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan perlambatan ekonomi global dan nasional menjadi alasan pihaknya menurunkan target pertumbuhan industri tahun depan menjadi 5,7% dari target tahun ini sebesar 6,8%.
Menurutnya, target pertumbuhan industri tahun ini dan tahun depan yang tercantum dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015-2035 terlampau tinggi jika dibandingkan dengan kondisi ekonomi dunia dan domestik.
“Target itu [RIPIN] sangat tinggi. Dengan melihat situasi perlambatan ekonomi nasional dan global, maka kami turunkan menjadi 5,7%. Ini target yang sangat rasional,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (26/11/2015).
Oleh karena itu, Kemenperin berharap seluruh kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dapat lebih menarik investasi sehingga target pertumbuhan industri dapat tercapai. Dalam hal ini, kontribusi pertumbuhan industri nasional terhadap produk domestik bruto (PDB) ditargetkan sekitar 18%.
Berdasarkan data terakhir, pertumbuhan industri pengolahan non-migas pada kuartal III/2015 hanya mencapai 5,21% dengan kontribusi terhadap PDB nasional hanya 17,82% atau lebih rendah dari realisasi kontribusi sepanjang tahun lalu sebesar 17,87%.
Secara nominal, ekspor produk hasil industri pengolahan non migas hingga Agustus 2015 senilai US$72,21 miliar dan impor produk komoditi industri sebesar US$72,49 miliar. Ekspor produk hasil industri pengolahan non migas pada periode ini berkontribusi 70,44% terhadap total ekspor nasional.
“Optimisme kita masih realistis, karena didasari arus investasi yang terus masuk ke dalam negeri serta aktivitas ekspor produk industri besar, menengah hingga kecil terus berjalan,” tuturnya.
Berdasarkan realisasi investasi, penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada kuartal III/2015 mencapai Rp20,05 triliun atau tumbuh 7,45% dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp18,66 triliun.
Adapun nilai investasi penanaman modal asing (PMA) sektor industri pada kuartal III/2015 mencapai US$3,15 miliar. Dengan demikian, nilai total investasi yang masuk pada kuartal III/2015 mencapai US$4,75 miliar.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Kemenperin Syarif Hidayat mengatakan kinerja industri manufaktur pada kuartal III/2015 mencapai Rp531,37 triliun atau berkontribusi 17,82% terhadap PDB nasional. Kinerja ini ditopang oleh sektor makanan dan minuman, barang logam, alat angkutan serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional.
“Kontribusi terbesar pada pembentukan PDB nasional kuartal III/2015 diberikan oleh sektor industri pengolahan yakni 20,41%. Kontribusi terhadap PDB 2015 masih lebih rendah dari pembentukan PDB 2014, di mana kontribusi manufaktur 17,87% dengan nilai Rp1.88 triliun,” tuturnya.
Oleh karena itu, pertumbuhan industri pada kuartal IV/2015 diharapkan lebih tinggi. Berdasarkan proyeksi optimistis Kemenperin, pertumbuhan industri pada kuartal terakhir 2015 dapat mencapai mencapai 5,5%.